Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Sabtu, 02 Maret 2024 | 10:39 WIB
Ilustrasi TBC [Suara.com/Ema Rohimah]

SuaraBogor.id - Kota Bogor, Jawa Barat saat ini tengah dikepung sejumlah penyakit mulai dari DBD hingga terbaru kasus tuberkulosis (TBC).

Tercatat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor menemukan adanya kasus TBC sebanyak 1.002 pada Januari dan Februari 2024.

Berdasarkan data Dinkes Kota Bogor, ada 154 kasus diantaranya anak-anak.

Kepala Dinkes Kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan dari 1.002 kasus TBC terdapat 615 kasus ditemukan pada Januari 2024 dan 387 kasus pada Februari 2024.

Baca Juga: Masjid Agung Kota Bogor Hampir Rampung, Siap Diresmikan Maret 2024

Dibandingkan pada 2023, kata dia, dalam setahun ditemukan sebanyak 9.122 kasus TBC dan angka keberhasilan pengobatan tuberkulosis adalah 76 persen. Penemuan kasus TBC anak ditemukan sebanyak 1.690 kasus.

Retno menyampaikan Dinkes tengah berkomitmen menggencarkan sosialisasi lintas sektor untuk bisa mempercepat eliminasi TBC.

“Penanganan TBC harus diselesaikan secara lintas sektor untuk mempercepat eliminasi. Kita pengen nih percepat, yakin kalau kami bergerak bersama,” ujarnya.

Ia menuturkan Dinkes Kota Bogor telah membuat lima program yang dimulai pada pertengahan 2023 sebagai Rencana Aksi Daerah (RAD).

“Apa yang harus dilakukan kita sudah punya, ini bentuk komitmen, jadi sudah ada RAD. Kemudian kita sudah buat tim percepatan eliminasi TBC,” kata Retno.

Baca Juga: Habib Hasan Al Attas Masuk Bursa Calon Wali Kota Bogor

Saat ini, Retno mengatakan, Dinkes tengah menggencarkan keberadaan aplikasi Sistem Informasi Gerakan Eliminasi Turbocolosis (Si Geulis) guna memperkuat pemetaan kasus TBC dengan nama dan alamat jelas, sehingga dapat dilihat secara geopasial hingga faktor risiko.

Sebagai contoh pada 12 Februari 2024 kasus TBC yang sudah dilakukan investigasi kontak dan terlaporkan ke dalam aplikasi Si Geulis, paling banyak di Kelurahan Cimahpar 8 kasus, Cilendek Timur 6 kasus, dan Baranangsiang 7 kasus.

“Bisa dilihat rumahnya seperti apa, apakah ada ventilsasinya. Kemudian status gizinya, apakah di rumah ada yang merokok, apakah punya TBC atau tidak, itu lengkap semua,” jelasnya.

Lebih lanjut Retno mengatakan apabila dari aplikasi itu ditemukan rumah warga yang minim ventilasi, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor akan melakukan intervensi melalui program Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu).

Termasuk juga, kata dia, status gizi para penderita TBC dapat terpantau, sehingga pasien bisa diintervensi oleh aparatur wilayah dan puskesmas guna memastikan lanjutan penanganan.

“Si Geulis bisa diakses oleh siapa saja termasuk pemangku wilayah seperti camat dan lurah, OPD terkait, petugas puskesmas, kader kesehatan. Mereka sudah kami berikan akun,” ucapnya.

Selain itu Retno menyebut Dinkes Kota Bogor juga akan memperkuat penanganan hingga di tingkat RW dengan melibatkan para kader. “Kami akan aktifkan RW Siaga TBC. Dulu kita punya RW Siaga COVID. Sekarang RW Siaga TBC, pelatihan untuk kader sudah dilakukan,” katanya. [Antara].

Load More