Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Jum'at, 23 Mei 2025 | 13:41 WIB
Dialog Kritis Mencari Solusi yang digelar oleh Suara.com dan CORE Indonesia di El Hotel Bandung, Selasa (20/5) [Suara.com]

Masalah ketenagakerjaan juga menambah beban, dengan isu demo berkepanjangan dan regulasi pengupahan yang rawan intervensi politik. Tak hanya itu, pengusaha juga menghadapi praktik pungutan liar dan premanisme yang masih marak, terutama di sektor logistik.

“Kami butuh perlindungan yang adil dan kebijakan yang konsisten. Jangan terus-menerus pelaku usaha lokal menjadi korban eksperimen kebijakan,” tegasnya.

Solusi: Pengendalian Impor dan Peningkatan Komponen Lokal

Untuk menjawab tantangan tersebut, Faisal menggarisbawahi dua strategi utama: pengendalian arus impor dan peningkatan komponen lokal (TKDN).

Baca Juga: Viral! Mobil Dinas Bappenda Bogor Palsukan Plat Nomor, Kena Tilang Polisi

Menurutnya, pengendalian impor bukan semata bentuk proteksionisme, melainkan langkah menjaga kedaulatan pasar domestik dengan memastikan bahwa produk impor memenuhi standar dan regulasi nasional. Sektor seperti baja, semen, dan kosmetik telah menunjukkan hasil positif melalui penerapan verifikasi impor.

Di sisi lain, kebijakan peningkatan komponen lokal (TKDN) telah terbukti berhasil, terutama pada industri elektronik. Produksi perangkat HKT (Handphone, Komputer, Tablet) meningkat dari 0,1 juta unit (2013) menjadi 88,8 juta unit (2019), sementara impor menurun dari 62 juta menjadi hanya 4,2 juta unit.

Faisal menekankan, skema TKDN harus tetap dijalankan untuk memberi insentif investasi dan membangun fundamental ekonomi yang lebih kuat.

“Di tengah ketidakpastian ekonomi global, penguatan ekonomi domestik bukan lagi pilihan, melainkan keharusan,” pungkas Faisal.

Peluang dari Relokasi Industri

Baca Juga: Aktivitas Gempa Meningkat, Gunung Gede dalam Pantauan Ketat

Meski banyak tantangan, Prof. Rina melihat peluang dalam pergeseran rantai pasok global. Ia menyebut bahwa sejumlah rencana relokasi industri, termasuk otomotif, dapat menjadi momentum penting bagi Jawa Barat.

Jawa Barat punya basis manufaktur yang kuat dan beragam—dari otomotif, elektronik, hingga agro-pangan. Dengan dukungan universitas dan pusat riset, potensi pengembangan inovasi daerah bisa diakselerasi secara signifikan,” katanya.

Load More