Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Selasa, 03 Juni 2025 | 17:42 WIB
Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Sastra Winara dan Bupati Bogor, Rudy Susmanto serta Wakil Bupati Bogor, Jaro Ade [Andi/Suarabogor]

SuaraBogor.id - Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Sastra Winara, memberikan apresiasi terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor di bawah kepemimpinan Bupati Rudy Susmanto dan Wakil Bupati Ade Ruhandi (Jaro Ade) selama 100 hari pertama masa jabatan mereka.

Apresiasi tersebut disampaikan menyusul hasil survei lembaga independen yang menunjukkan tingkat kepuasan publik mencapai 82,54 persen.

"Angka ini bukan sekadar statistik, tetapi bukti nyata bahwa masyarakat merasakan kehadiran pemerintah dalam kehidupan sehari-hari," ujar Sastra dalam keterangan tertulisnya, Selasa (3/6/2025).

Ia menyebut capaian tersebut sebagai kado terbaik bagi Pemkab Bogor, yang menunjukkan bahwa program kerja jangka pendek telah tepat sasaran dan menyentuh kebutuhan masyarakat.

Baca Juga: Peringatan HJB ke-543, Dedi Mulyadi Gaungkan Bogor sebagai Tanah Pusaka

Sastra juga mendorong Pemkab Bogor untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan publik, khususnya dalam hal pengambilan kebijakan yang lebih transparan dan partisipatif.

"Kami berharap komunikasi publik dapat diperkuat, dengan membuka akses informasi seluas-luasnya dan melibatkan masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan," tambahnya.

Ia menegaskan komitmen DPRD dalam mengawal jalannya pemerintahan dan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga momentum positif ini.

"Pemerintah sudah bekerja, masyarakat merespons, dan DPRD siap mengawal. Ini saatnya bersinergi demi kemajuan Kabupaten Bogor," tutup Sastra.

Pesan HJB dari Bupati Bogor Rudy Susmanto

Baca Juga: Bikin Kaget! Dedi Mulyadi Lebih Pilih Dadang Kosasih Jadi Kadishub Bogor, Bayu Rahmanto Tergeser?

Bupati Bogor Rudy Susmanto mengajak seluruh elemen masyarakat menjadikan peringatan Hari Jadi Bogor (HJB) ke-543 sebagai momentum untuk membangkitkan semangat persatuan dan kebersamaan dalam membangun Kabupaten Bogor.

Rudy menyampaikan hal tersebut menjelang puncak peringatan HJB yang jatuh setiap tanggal 3 Juni. Tahun ini merupakan kali pertama Rudy memperingati HJB sebagai Bupati Bogor.

“Dengan perbedaan yang ada, tentunya HJB ini menjadi momen kita membangun Kabupaten Bogor ke depan,” kata Rudy Susmanto.

Ia menjelaskan bahwa Kabupaten Bogor memiliki karakteristik wilayah yang beragam, baik dari segi budaya, masyarakat, maupun geografis. Namun, menurutnya, keberagaman tersebut harus menjadi kekuatan dalam memperkuat identitas daerah.

“Masyarakat kita heterogen. Tetapi Bogor ada di Jawa Barat. Sukunya suku Sunda. Itu menjadi kekayaan yang harus kita rawat,” ujarnya.

Rudy juga mengajak seluruh warga Bogor, baik yang berada di pusat kota maupun wilayah pelosok, untuk bersatu dan bekerja sama dalam mewujudkan kemajuan daerah.

“Kita bahu-membahu, bergabung menjadi satu. Inilah momentum kebersamaan dari keberagaman yang Bogor miliki. Ini adalah potensi untuk membangun Kabupaten Bogor yang lebih baik,” katanya.

Menurut dia, semangat Hari Jadi Bogor harus dijadikan pendorong untuk mempererat rasa kebersamaan, memperkuat pembangunan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah Kabupaten Bogor juga menggelar sejumlah kegiatan dalam rangkaian memperingati HJB ke-543 sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah sekaligus upaya mempererat hubungan antara pemerintah dan masyarakat.

Rudy menambahkan bahwa peringatan HJB bukan hanya seremoni tahunan, melainkan juga waktu untuk merefleksikan capaian dan merancang masa depan Kabupaten Bogor secara inklusif dan berkelanjutan.

Sejarah Panjang Bogor yang Jarang Diketahui

Sejarah terbentuknya Bogor memiliki akar yang sangat panjang dan kaya, dimulai sejak zaman kerajaan kuno hingga masa kolonial dan kemerdekaan.

Berikut ini adalah rangkuman sejarah terbentuknya Bogor dilansir dari berbagai sumber yang mungkin masih banyak orang tidak tahu.

Pada Zaman Kerajaan Pajajaran

Asal-usul Nama "Bogor": Kata "Bogor" diyakini berasal dari kata dalam bahasa Sunda yaitu "Buitenzorg", yang berarti "tanpa kekhawatiran" (nama yang diberikan oleh Belanda), tetapi penduduk lokal mengenalnya dengan nama "Bogor".

Ada juga yang menyebutkan bahwa "Bogor" berasal dari kata "Bokor", yaitu wadah bunga, atau dari "boga hurip" (memiliki kehidupan).

Ibu Kota Kerajaan Sunda: Sekitar abad ke-15, wilayah yang sekarang dikenal sebagai Bogor adalah pusat Kerajaan Sunda yang beribu kota di Pakuan Pajajaran.

Kerajaan ini berdiri sejak sekitar tahun 669 M dan mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi) pada abad ke-15.

Runtuhnya Pajajaran: Pajajaran runtuh sekitar tahun 1579 setelah diserbu oleh Kesultanan Banten.

Pada Masa Kolonial Belanda

Pada abad ke-17, Belanda mulai masuk dan menguasai wilayah Bogor. VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) mulai membuka lahan dan membangun pemukiman.

Istana Bogor dibangun pada tahun 1745 oleh Gubernur Jenderal Gustaaf Willem van Imhoff, awalnya sebagai rumah peristirahatan.

Pada masa kolonial, Bogor dikenal sebagai Buitenzorg dan menjadi tempat tinggal resmi Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Pada Perkembangan Modern

Setelah Indonesia merdeka, nama Buitenzorg diubah kembali menjadi Bogor.

Pada tahun 1950, Bogor secara resmi menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat.

Pada 1982, Bogor ditetapkan sebagai kota administratif, dan kemudian pada 1999, statusnya ditingkatkan menjadi Kota Otonom berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Bogor Saat Ini

Bogor dikenal sebagai "Kota Hujan" karena curah hujan yang tinggi sepanjang tahun.

Memiliki banyak peninggalan sejarah seperti Istana Bogor, Kebun Raya Bogor, serta berbagai situs arkeologi peninggalan Kerajaan Sunda.

Load More