Andi Ahmad S
Rabu, 05 November 2025 | 12:42 WIB
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta perusahaan energi swasta Star Energy Geothermal, kini gencar melakukan Mitigasi Bencana di Kecamatan Pamijahan.[Ist]
Baca 10 detik
  • Gempa Gunung Salak 20/9/2025 dipicu Sesar Cianten, bagian Sesar Bayah–Salak, dan bersifat tektonik, bukan vulkanik, menurut BMKG. 

  • BPBD Bogor, BMKG, dan Star Energy gelar edukasi mitigasi di Pamijahan (3–5 Nov) untuk meluruskan info dan latih kesiapsiagaan 1.000 warga. 

  • Edukasi bencana ini ajarkan warga pemahaman ilmiah gempa, simulasi penyelamatan, dan pentingnya rujuk informasi resmi BMKG, agar siap secara mental dan fisik. 

SuaraBogor.id - Gelombang aktivitas seismik di kawasan Gunung Salak pada 20 September 2025 lalu menyisakan kepanikan sekaligus kebutuhan mendesak akan edukasi kebencanaan.

Menanggapi hal ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta perusahaan energi swasta Star Energy Geothermal, kini gencar melakukan Mitigasi Bencana di Kecamatan Pamijahan.

Kegiatan edukatif tersebut berlangsung selama tiga hari, pada 3–5 November 2025, dan dilaksanakan di lima titik berbeda, dimulai di SDN Cianten 01, Desa Cianten.

Sosialisasi ini bertujuan utama untuk memberikan pemahaman berbasis ilmiah kepada lebih dari 1.000 warga yang tinggal di kawasan yang secara geologis rawan gempa dan longsor.

Pakar dari BMKG akhirnya mengungkap pemicu utama serangkaian gempa beruntun yang mengguncang kawasan Gunung Salak. Ahli Seismologi BMKG, Pepen Supendi, menjelaskan bahwa gempa tersebut disebabkan oleh aktivitas Sesar Cianten, yang merupakan bagian dari sistem Sesar Bayah–Salak, dan memiliki karakter gempa tektonik, bukan vulkanik.

Hasil analisis gelombang seismik dan pemetaan Badan Geologi menunjukkan, bahwa sumber gempa berasal dari pergeseran lapisan tanah akibat aktivitas sesar aktif.

"Dari karakter gelombangnya terlihat jelas bahwa ini gempa tektonik akibat sesar aktif, bukan karena aktivitas magma," kata Pepen Supendi kepada wartawan.

Kata dia, segmen Sesar Cianten melintasi wilayah Kecamatan Pamijahan hingga Gunung Salak bagian barat dan timur, yang menjelaskan mengapa daerah ini sering mengalami gempa kecil.

Kegiatan sosialisasi ini menjadi krusial untuk meluruskan informasi yang beredar di masyarakat pascagempa 20 September. Pepen Supendi menegaskan agar masyarakat hanya merujuk pada informasi resmi.

Baca Juga: Pasca Atap Ambruk, Rudy Susmanto Evaluasi Total Infrastruktur Sekolah

“Kegiatan ini memberikan pemahaman kepada warga sekitar Gunung Salak, khususnya di Desa Cianten, tentang apa itu gempa dan bagaimana cara menyikapinya dengan benar,” kata Pepen Supendi.

"Sesuai Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009, BMKG menjadi sumber utama informasi gempa bumi. Jadi masyarakat jangan mudah percaya dengan kabar yang tidak jelas sumbernya." tambahnya.

Selama kegiatan, peserta tidak hanya mendengarkan penjelasan teknis, tetapi juga mengikuti:

  • Simulasi penyelamatan diri dari guncangan.
  • Pengenalan dan penentuan jalur evakuasi yang aman.
  • Praktik kesiapsiagaan spiritual (doa dan zikir keselamatan).

Langkah ini dilakukan agar masyarakat memiliki kesiapan lahir dan batin saat menghadapi bencana yang datang tanpa bisa diprediksi.

Pakar Kebencanaan Budi Pranowo, yang juga mantan Sekretaris BPBD Kabupaten Bogor, menjelaskan bahwa gempa-gempa kecil di bawah magnitudo 3,5, seperti yang terjadi di Gunung Salak, justru memiliki fungsi penting.

“Gempa kemarin rata-rata di bawah magnitudo 3,5. Itu seperti kedutan kecil, energinya keluar sedikit demi sedikit agar tidak menumpuk jadi gempa besar,” katanya.

Load More