Serat dari sayuran juga menggerakkan peristaltik usus besar yang berfungsi memuluskan pekerjaannya untuk mengeluarkan zat toksik di dalam tubuh. Jika tidak didukung oleh serat, maka bisa timbul resiko kanker kolon.
Terakhir, sayur menghasilkan sisa basa yang sesuai dengan pH tubuh yang juga merupakan basa."Tubuh kita pH-nya basa. Jadi kalau kita mengonsumsi makanan lalu hasilnya asam, maka ginjal, hati dan paru-paru langsung bekerja untuk membasakan," kata Dr. Rita.
"Orang yang misalnya hanya makan protein saja bisa gagal ginjal karena ginjalnya bekerja keras untuk membasakan. Kalau kita makan sayur, maka itu akan membasakan dan kerja tubuh kita jadi tidak berat," imbuhnya.
Menurut Dr. Rita, hal ini membahayakan kesehatan dan memiliki dampak jangka pendek hingga panjang. Dampak jangka pendeknya dengan defisit energi tersebut menyebabkan proporsi tubuhnya akan menjadi tidak bagus.
Baca Juga:Ingin Punya Berat Badan Ideal, Ini Kalori yang Dibutuhkan
Jadi, komposisi tubuhnya tidak hanya lemak saja yang hilang. Namun juga penurunan massa otot, tulang, dan total air dalam tubuh. Sementara, untuk jangka menengah, nantinya akan menjadi tidak cukup untuk memberikan energi ke kerja basa dan imunitas, dan bisa jatuh ke malnutrisi.
"Imunitas terganggu, dan kalau terekspos virus dan bakteri akan lebih mudah terpapar," jelasnya.
Lebih lanjut, untuk efek jangka panjangnya, akan terjadi resiko gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan lambung, hingga irama denyut jantung.
"Penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang irreversible -- tidak bisa diperbaiki. Perbaikan pola hidup, pemberian obat, mereka tidak mengembalikan (organ) ke fungsinya hingga 100 persen seperti semula. Jadi, jangan coba-coba lakukan diet ekstrem ini," tukasnya.
Baca Juga:Kurangi Efek Samping Vaksin Covid-19, Coba Makan Sup Ayam!
- 1
- 2