Dijejeran paling kiri terdapat tiga makam lainnnya, pertama Letnan Kapten Herman Tangermann pada saat itu katanya meninggal karena kecelakaan 23 Agustus 1945. Dia lahir pada 10 Oktober 1910.
Di sebelahnya lagi ada makam Wilhelm Jens yang konon katanya terbuhun oleh pejuang kemerdekaan Indonesia pada 12 Oktober 1945 di Bogor. Dia lahir pada 7 Oktober 2020.
Yang terakhir yakni makam Letnan Satu Dr Ir H. Haake, konon kata Nyai dia itu meninggal saat kapal selamnya terkena ranjau di Selat Sunda pada 30 November 1944. Dia lahir hanya tercantum tahunnya saja yakni 1914.
Disamping itu, Nyai juga menyebutkan bahwa setiap satu tahun sekali pada November pihak kedutaan Jerman selalu datang ke pemakaman dimana 10 tentaranya itu tewas pada 1945 tersebut.
Baca Juga:LBH Menilai Keterlibatan Kapuslabfor Dalam Skenario Ferdy Sambo Menambah Buruk Citra Polri
"Nanti itu ada upacara peringatan gitu, dan ada juga pengibaran bendera Jerman dan Indonesia," sebutnya.
Ibu dari tujuh anak ini juga mengaku, setiap hari selalu membersihkan area makam tersebut dan juga didatangi pelajar atau wisatawan. Mereka semuanya bertujuan untuk melihat sejarah 10 makam Jerman di kaki Gunung Pangrango tersebut.
Tak hanya itu, setiap tahun juga area kawasan pemakaman dan makamnya selalu dicat ulang menggunakan cat warna putih oleh perwakilan dari Kedutaan Jerman.
"Setiap tahun selalu di cat ulang semua area ini. Saya hari Minggu, Senin dan Rabu kalau nggak ada biasanya pengajian, jadi ke makamnya hanya bersih-bersih saja," ucapnya.
Dipenghujung Nyai mengungkapkan, ada satu hektar tanah di kaki Gunung Pangrango di lokasi yang saat ini ada makam 10 eks Tentara Jerman merupakan milik Kedutaan Jerman. Iapun saat ini diberikan kepercayaan sebagai orang yang dipercaya mengurus dan memanfaatkan lahan untuk digunakan bercocok tanam (Bertani).
Baca Juga:Lampu Penerangan Jalan di Kebon Jeruk Mati, Jalanan Mendadak Gelap