SuaraBogor.id - Saat dibangku pendidikan terutama dalam pelajaran sejarah kita sering mendengan kata penjajahan. Penjajahan bisa diartikan bahwa segala bentuk kegiatan masyarakat yang terjajah dibatasi, seperti didunia pendidikan.
Penjajahan Belanda dan Jepang kini sudah lenyap dimuka bumi ibu pertiwi. Saat ini Indonesia hendak memperingati HUT Kemerdekaan RI Ke-77.
Meski saat ini usia kemerdekaan Republik Indonesia telah menginjak usia 77 tahun sejak 17 Agustus 1945 lalu. Namun kemerdekaan itu belum dirasakan puluhan murid SDN Sukagalih di Jalan Ariawiratanudatar KM 1, Desa Mekargih, Kecamatan Cikalongkulon.
Puluhan murid di SDN Sukanagalih yang berjarak sekitar belasan kilometer dari Cianjur Kota tersebut, belum merasakan kemerdekaan seutuhnya. Karena saat mengikuti pembelajaran mereka terpaksa belajr di bawah bawah pohon beralaskan tanah.
Baca Juga:Heboh Kereta Kencana Jaya Dalam Cikundul Cianjur Dicat Warna Merah, Budayawan: Ada Politik Pragmatis
Kadang mereka, puluhan murid itu, belajar disebuah musolah yang berukuran sekitar 7 meter persegi dengan kondisi lantai dan dinding yang retak, sehingga samgat berbahaya bagi mereka.
Pihak sekolah terpaksa melakukan kegiatan belajar mengajar di luar ruangan, karena tiga ruangan kelas 4,5 dan 6 mengalami rusak berat. Bahkan tiga ruangan lainya rusak ringan, dinantaranya ruangan perpustakaan.
Bahkan, terdapat tiga ruangan kelasa tersebut juga hampir ambruk, dan terancam ambles, karena dinding penahan tanah dibelakang kelas itu sudah retak.
Kadang, setelah diguyur hujan pakaian dan buku pelajaran puluhan murid itu basah, hingga kotor karena terkena cipratan tanah. Dan mereka pun terpaksa membuka sepatunya masing-masing agar tidak basah dan kotor.
"Yah kalau belajar diluar kepanasan, kalau hujan kebasahan. Kata ibu guru belajar diluar karena ruangan kelas rusak," ucap Rafa Kysa (11) siswa kelas 4.
Baca Juga:Berangkat dari Kota Batu, Ratusan Pendaki Bersiap Gelar Upacara Bendera di Puncak Gunung Arjuno
Rafa dan teman-temannya yang berasal dari Kampung Sawah Girang setiap harinya dengan berjalan kaki dengan jarak hampir sekitar 1 kilometer. Namun setelah tiba di sekolahnya bukan ruangan yang teduh dan nyaman.
"Setelah tiba kelas 4,5 dan kelas 6 itu langsung belajar di luar ruangan, kadang di musola, kita belajar sambil tiduran. Jarang ngerti juga pelajaran yang disampaikan guru," kata Rifa yang berambut tipis.
Tidak hanya puluhan murid, namun seorang guru yang mengajar di SDN Sukagalih yaitu Cucu Syamsiah pun merasakan hal serupa dengan murid-muridnya.
"Meskpun dalam kondisi seperti ini, sebisa mungkin beberapa materi harus disampaikan kepada para murid-murid, karena pembelajaran harus tetap berjalan," jelasnya Cucu guru yang mengenakan kaca mata hitam.
Cucu mengungkapkan, sempat melakukan kegiatan pembelajaran diruangan yang rusak beberapa waktu lalu. Namun karena dikhawatirkan ambruk, dirinya terpaksa melakukan memberikan materi di luar kelas.
"Waktu sempatkan, belajar di ruang kelas rusak itu, tapi saat mengajar, saya sempat mendengar bunyi krek seperti ada yang mau roboh, murid-murid juga sempat berlarian keluar kelas karena ketakutan," ucapnya.
Cucu yang sudah menjadi guru hampir selama 10 tahun itu, mengaku, dirinya kesulitan dalam menyampaikan sejumlah materi yang diberikan kepada murid-muridnya, karena konsentrasi murid yang tidak fokus.
Kontributor : Fauzi Noviandi