SuaraBogor.id - Ratusan orang meninggal dunia pada tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, usai laga antara Persebaya Surabaya versus Arema FC, yang digelar di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/10/2022).
Banyak yang menyebutkan, tragedi Kanjuruhan dipicu adanya tembakkan gas air mata ke tribun suporter aremania usai laga berakhir.
Namun, disisi lagin publik juga menyoroti adanya seorang yang diduga menjadi provokator utama hingga terjadinya 125 orang meninggal dunia di Kanjuruhan.
Hal itu terlihat pada unggahan akun Facebook update sepakbola Indonesia terbaru, yang memperlihatkan seseorang diduga menjadi orang pertama yang turun ke lapangan usai laga berakhir.
Baca Juga:Tiga Pihak Ini Harus Bertanggung Jawab Atas Tewasnya Ratusan Orang Dalam Tragedi Kanjuruhan
Pada tangkapan layar terlihat, seorang yang dilingkari diduga suporter turun ke lapangan, karena kecewa klub kebanggannya kalah di kandang oleh Persebaya Surabaya.
![Tangkapan Layar Tragedi Kanjuruhan [Facebook]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/10/03/61950-tangkapan-layar.jpg)
"Provokator yang pertama turun ke lapangan, sekarang enak tidur di rumah tanpa memikirkan korban," tulis dikutip Suarabogor.id, Senin (3/10/2022).
Hal itu membuat reaksi banyak netizen. Bahkan ada juga netizen yang mengatakan penyebab utamanya adalah polisi karena menembakkan gas air mata ke tribun penonton.
Konten Warganet Bisa Jadi "kontrol" Dalam Tragedi Kanjuruhan
Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Ida Ruwaida menyebutkan konten-konten warganet di berbagai platform media sosial yang memberikan saran maupun kritik terkait tragedi Kanjuruhan dapat menjadi kontrol atau medium pengawasan yang tepat agar peristiwa serupa tidak terulang di kemudian hari.
Baca Juga:Pemerintah Janji Segera Beri Santunan Bagi Korban Tragedi Kanjuruhan
Adapun usai tragedi Kanjuruhan terjadi pada Sabtu (1/10), berbondong-bondong warganet tidak hanya menunjukkan rasa simpati kepada para korban namun juga mengkritisi penyelenggara hingga sistem keamanan yang tidak sesuai dengan standar lewat berbagai bentuk konten.
"Warganet diharapkan berperan aktif dalam mengedukasi sesama, termasuk ikut melakukan kontrol juga mencermati kesiapan dan kematangan penyelenggara," kata Ida, mengutip dari Antara.
Konten-konten warganet banyak mengkritisi penembakan gas air mata yang tidak sesuai standar FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional) hingga penyelenggara yang mengabaikan kapasitas serta waktu main yang diundur.
![tangkapan layar video penonton terjebak di pintu keluar Stadion Kanjuruhan. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/10/03/53298-penonton-terjebak-di-pintu-keluar-stadion-kanjuruhan.jpg)
Tak sedikit juga warganet menyayangkan sikap sebagian kecil suporter yang pada akhir pertandingan justru mengejar pemain klub lainnya setelah klub kesayangannya kalah karena menandakan tidak bisa memahami rivalitas yang sehat.
Dengan adanya konten-konten yang membangun tersebut diharapkan proses evaluasi yang dijanjikan Pemerintah terhadap tragedi Kanjuruhan bisa lebih terarah dan bisa cepat ditemukan titik terangnya.
Meski begitu, warganet diharapkan dapat bijak dalam membagikan konten terkait tragedi Kanjuruhan dengan tidak membagikan konten terkait korban.
- 1
- 2