Cerita Ibu Guru Asal Cianjur Yang Terjebak 1,5 Jam di Reruntuhan Sekolah 'Musibah Itu Ujian dari Allah'

Imas beserta suami dan dua anaknya sudah tiga hari tidur di tenda beralaskan terpal di atas tanah bebatuan yang tak rata, bergabung dengan sanak saudara lainnya.

Andi Ahmad S
Kamis, 24 November 2022 | 08:21 WIB
Cerita Ibu Guru Asal Cianjur Yang Terjebak 1,5 Jam di Reruntuhan Sekolah 'Musibah Itu Ujian dari Allah'
Warga menyelamatkan barang yang tersisa direruntuhan bangunan akibat gempa di Sarampad, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (23/11/2022). [ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc].

“Dalam hati bersyukur, untungnya anak-anak sudah saya suruh keluar duluan sebelum gempa terjadi. Jadi tidak ada murid-murid saya yang ketimpa bangunan sekolah,” katanya lirih.

Keselamatan murid-muridnya itu yang membuat hatinya lega, dan menguatkan diri untuk melawan keadaan, berjuang keluar dari reruntuhan.

Tak lama ketika berusaha untuk menggali puing-puing reruntuhan guna mencari jalan keluar dari bangunan sekolah, Imas mendengar suara suaminya memanggil namanya.

Panggilan suami disahut oleh Imas, memberitahukan dirinya baik-baik saja dan sedang berupaya mencari jalan keluar.

Baca Juga:Kembali Bertambah, Jumlah Korban Jiwa Gempa Cianjur Jadi 271

Imas kemudian bergerak menuju cahaya putih yang dilihatnya tadi. Cahaya itu menuntunnya bergerak ke arah dinding belakang bangunan sekolah. Dari luar bangunan tangan suaminya meraih tangan Imas hingga keduanya kembali berkumpul bersama kedua putrinya.

Trauma dan kedukaan Imas tak berhenti sampai di situ, setibanya di rumah bercat kuning yang ia bangun bersama suami hasil bekerja sebagai buruh migran di Arab Saudi ditemui dalam kondisi separuh bangunan ambruk, menyisakan retakan yang tidak aman untuk ditinggali.

Konsep pasrah yang telah ia sematkan di hati ketika berada di reruntuhan, tersemat di hati hingga ikhlas menerima takdir. Baginya, yang terpenting suami dan anak-anaknya selamat.

“Mau gimana lagi, yang penting selamat dululah, rumah udah hancur ya mau gimana lagi,” ucapnya.

Bekerja ikhlas

Baca Juga:Cerita Dramatis Bocah Azka, Ditemukan Selamat Usai Tiga Hari Tertimbun Reruntuhan Gempa Cianjur

Rumah yang berdiri di atas tanah milik keluarganya itu terbilang besar untuk ukuran warga kampung. Rumah beratap genteng, dengan teras disanggah dua pilar ukuran sedang itu dibangun dari hasil bekerja selama dua tahun tiga bulan sebagai buruh migran di Riyadh, Arab Saudi.

Seperti kebanyakan warga kampungnya bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI), Imas dan suami pernah bekerja di salah satu rumah keluarga Arab. Ia menjadi asisten rumah tangga, sedangkan suaminya bekerja sebagai sopir.

Memang, kata Imas, di wilayahnya banyak warga yang berprofesi sebagai TKI atau buruh migran.

Hasil bekerja sebagai TKI, Imas dan suami berhasil menabung uang lebih dari Rp100 juta. Uang tersebutlah yang digunakan untuk membangun rumah di kampung halaman.

Selama bekerja di Arab Saudi, Imas selalu memimpikan bisa kembali ke kampung dan bekerja di negara sendiri. Sebesar apapun gaji bekerja di luar negeri, tak senyaman tinggal dan bekerja di negara sendiri.

Imas memutuskan kembali ke Indonesia setelah rumahnya terbangun, kemudian dia mengabdikan diri sebagai guru diniyah (sekolah berbasis agama) yang kadang digaji, kadang dibayar seikhlasnya. Baginya, bekerja mengajar murid-murid seikhlasnya sebagai ladang amal ibadah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini