SuaraBogor.id - SuaraBogor.id- Anies Rasyid Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), hadir di Majelis Az-Zikra, Sentul, Kabupaten Bogor, Sabtu 18 November 2023.
Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Republik Indonesia nomor urut 1 ini hadir untuk memenuhi undangan kegiatan Ijtima' Ulama dan Tokoh Nasional.
Sekedar informasi, Ijtima' Ulama adalah kesepakatan atau konsensus ulama. Ijtima' Ulama dan Tokoh Nasional yang dihadiri lebih dari 600 kiai, alim ulama, habaib, dari 24 provinsi se-Nusantara ini, sesuai temanya, dalam rangka menyatukan arah perjuangan umat Islam menuju pembaharuan Indonesia yang lebih baik.
Dihadiri 600 Kiai
Baca Juga:Digelar di Komplek Az-Zikra Bogor, Kenapa Ijtima Ulama Cuma Undang AMIN?
Pantauan Bogordaily.net, nampak hadir di kursi jajaran paling depan dalam acara tersebut antara lain Ketua Persaudaraan Alumni (PA) 212 sekaligus Ketua OC Ijtima' Ulama Ust. Slamet Maarif, Ketua Gerakan Nasional Pembela Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Martak.
Kemudian, Sekretaris Jenderal PKS Aboe Bakar Alhabsyi, Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid, Habib Muhammad bin Husein Alatas (Ketua SC), KH. Buya Qurtubi Jaelani, KH Muhyiddin Junaidi (Wakil Wantim MUI Pusat sekaligus Penanggung Jawab Ijtima Ulama).
Lalu, KH Shabri Lubis (Dewan Syuro FPI), Ustaz Abdul Syukur (Pimpinan Az-Zikra), Ustazah Nurdiati Akma (tokoh Muslimah), Habib Ali Alatas (Sekum FPI), Ustaz Uus Solahudin (Sekjen PA 212), dan lainnya.
Kendati hasil konsensus atau kesepakatan para ulama dalam Ijtima' Ulama dan Tokoh Nasional ini diumumkan resmi pada sore harinya, namun di sesi pembukaan acara sekira pukul 09.00 WIB, telah mengemuka para ulama memilih pasangan calon (paslon) AMIN.
“Rasulullah Muhammad SAW pernah menegaskan bahwa akan diutus setiap 100 tahun hamba-hamba Allah. Maka 2024 harus jadi kebangkitan umat Islam dari Indonesia. Ini ikhtiar untuk mendapatkan pemimpin yang terbaik. Rasyid artinya orang yang bijaksana. Kata Rasyid ada dalam Alquran,” ungkap Penanggungjawab Ijtima' Ulama dan Tokoh Nasional, DR. KH. Muhidin Junaidi, dalam sambutannya.
Baca Juga:Gibran Siap Hadapi Mahfud MD dan Cak Imin Saat Debat Nanti
Dijelaskan pula, berkumpulnya ratusan alim ulama yang mayoritas pengasuh pondok pesantren ini selain menentukan dukungan terhadap Capres-Cawapres AMIN juga untuk membahas dua topik sentral. Yakni, soal keumatan dan politik.
"Keumatan, yakni membahas problematika yang dihadapi umat Islam di segala sektor. Politik, yakni membahas ketidakadilan dan ketimpangan yang dialami di Indonesia saat ini. Indonesia sangat kaya," ungkapnya.
"Tapi sumber daya alamnya baru dinikmati oleh segelintir anak-anak bangsa, segelintir penguasa, segelintir orang-orang kaya. Semoga dengan presiden yang baru kekayaan bisa dinikmati oleh seluruh bangsa," paparnya.
Direstui Habib Rizieq Shihab
Wakil Kapten Timnas AMIN yang juga Ketua GNPF Ulama, Yusuf Martak, mengatakan bahwa kegiatan Ijtima' Ulama dan Tokoh Nasional ini telah direstui Habib Rizieq Shihab.
“Semua langkah dan keputusan yang saya ambil ini atas restu dan persetujuan Habibana Rizieq Shihab,” ujarnya.
Dikatakannya, melalui Ijtima' Ulama dan Tokoh Nasional ini secara bersama mencari solusi pergantian kepemimpinan.
“Mengingat peristiwa 2019 telah diadakan ijtima' ulama hingga 4 kali di bawah kepemimpinan Habib Rizieq Shihab dan telah menghantarkan Anies Rasyid Baswedan menjadi gubernur DKI Jakarta. Terlebih lagi Capres dan Cawapres Anies dan Cak Imin berjanji akan istiqomah dan tetap akan berdiskusi dengan para ulama apabila akan mengambil keputusan,” paparnya.
Visi Misi AMIN
Sementara itu, Anies dan Cak Imin cukup panjang memaparkan visi misi mereka di hadapan hadirin.
Selain mengisahkan sejarah kebangkitan bangsa, Anies-Cak Imin menyoroti tajam tentang kondisi negara ini yang masih jauh dari keadilan, yang ditandai dengan adanya ketimpangan di berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Kami berdua membawa visi berikutnya, Indonesia harus satu kemakmuran dan keadilan. Salah satu tanda ketidakadilan itu adalah ketimpangan. Ketimpangan itu mengeringkan hutan. Hutan tidak bisa terbakar jika basah,” katanya.
Ketimpangan di Indonesia, kata Anies, bisa dilihat dari fakta indeks SDM. Jawa dan Sumatera warnanya putih.
Sisanya Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, Papua, warna kuning. IPM di Jawa dan Sumatera tahun 2013 itu 69. Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara dan lain-lain tahun 2023 indeksnya 69. Mereka tertinggal 10 tahun dari Jawa dan Sumatera. Jedanya, selisihnya, 10 tahun.
“Pembangunan adalah membangun manusianya, bukan membangun jalannya, bukan membangun barang-barang yang bisa difoto. Pembangunan adalah membuat manusia yang berakhlakul karimah, membangun manusia yg kompeten, membangun manusia yang bisa hidup mandiri. Pembangunan tentang manusia, bukan tentang infrastruktur. Maka kami akan meluruskan pembangunan ini,” bebernya.
Anies menyebut pemerataan pembangunan harus jadi perhatian.
“Membesarkan kue itu baik, tapi membaginya itu lebih baik lagi. Terkadang kita berfikir untuk membuat kue yabg besar, itu betul, tapi kalau yang menikmati hanya sebagian (itu) salah besar. Apalagi kuenya besar tenaga kerjanya bukan lokal, lebih salah lagi. Jadi jangan kita konsentrasi membesarkan kue (tapi) lupa membagi. Ketika lupa membagi siapa yang lebih tertinggal? Adalah yang di tengah dan di bawah,” papar dia.
Menurut Anies, pendekatan strategi pembangunan harus digeser dari selama ini sektoral menjadi teritorial.
“Jangan disamakan untuk wilayah Sulawesi kebutuhannya beda dengan Jawa, untuk Papua beda dengan Nusa Tenggara, beda dengan Kalimantan. Selama ini rencana pembangunan dibuat nasional tanpa membedakan per wilayah, ke depan kita akan membedakan berbasis teritori,” papar dia.
Tegakkan Keadian Hukum
Anies dan Cak Imin juga menyoroti persoalan hukum di negeri ini. Ditegaskannya bahwa penting untuk bisa mengembalikan kewibawaan pengadilan dan penegakan hukum dan tidak ada kriminalisasi kepada siapapun.
“Termasuk (kepada) ulama dan oposisi. Karena hukum dipakai bukan kepentingan politik tapi menghadirkan keadilan, bukan sebagai alat. Pemerintah (wajib) mengikuti hukum, bukan negara kekuasaan. Kami komitmen itu dari ikhtiar kita,” tandasnya.
AMIN juga berkomitmen menjaga kehidupan agama dengan baik, dimulai dari pembangunan fasilitas-fasilitas pendidikan keagamaan yang lebih berkualitas dan kesetaraan antara pendidikan umum dengan pendidikan agama.
“Pondok pesantren merupakan pusat di mana pejuang-pejuang bangsa Indonesia dilahirkan. Pendidikan pesantren harus jadi mainstream yang diprioritaskan oleh negara. Yang tak laha penting, ulama adalah mitra umaro, bukan lawan apalagi musuh. Ulama tempat meminta petunjuk, nasihat, konsultasi,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Anies-Cak Imin kembali menegaskan komitmennya untuk menjaga dasar negara.
“Pancasila adalah harga mati yang tidak bisa ditawar. Itu artinya kita tidak bisa berkompromi dengan faham-faham lainnya, termasuk tidak bisa berkompromi dengan komunisme yang kerap dianggap permasalahan,” imbuhnya dijawab teriakan “Allahu Akbar” dari hadirin.