Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Rabu, 06 Januari 2021 | 14:19 WIB
Suasana luar RSUD Kota Bogor. [Suara.com/Andi Ahmad Sulaendi]

SuaraBogor.id - Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto menyampaikan, ada dua poin yang wajib dievaluasi manajemen RSUD Kota Bogor.

Evaluasi ini terkait kasus jenazah Covid-19 yang hampir tertukar yang terjadi beberapa hari lalu.

Pertama, kata Bima Arya, ruang perawatan tidak boleh dibiarkan kosong.

"Tidak boleh kosong. Apalagi, ada jenazahnya itu tetep harus ada piket di situ,” ujar Bima ketika ditemui di Balai Kota Bogor dilansir dari Ayobogor.com—jaringan Suara.com—Rabu (6/1/2021).

Baca Juga: Dinkes Bogor Tak Becus Hadapi Covid-19, Walkot Bima: Kita Butuh Petarung!

Kedua, kata Bima, nantinya begitu ada pasien Covid-19 yang meninggal dunia, jenazah pasien harus segera diberi nama.

Langkah itu dilakukan supaya kasus seorang ibu meninggal akibat positif Covid-19 diberi nama laki-laki yang ternyata tertukar jenazah pasien Covid-19 lainnya, tidak terulang lagi.

“Yang kedua, begitu jenazah meninggal, harus langsung dilabel. Diberikan tag atau identitas supaya tidak tertukar. Itu evaluasinya,” tutur Bima.

Tak hanya itu, kata dia, manajemen RSUD pun sudah menjadikan masalah itu untuk melakukan evaluasi internal.

Bima menyatakan, evaluasi itu dipimpin langsung oleh Direktur Utama (Dirut) RSUD Kota Bogor, Ilham Chaidir, bersama jajarannya. Sehingga, kasus serupa bisa diantisipasi agar tidak sampai terulang kembali.

Baca Juga: Makam Tumpang Covid-19, Wagub DKI: Rata-rata Ahli Waris Tak Masalah

Nakes Minim

Disinggung mengenai minimnya tenaga kesehatan (nakes) yang berjaga pada malam hari di RSUD Kota Bogor, Bima tidak memungkirinya.

Dia mengaku, saat ini, jumlah nakes memang berkurang. Mereka yang harusnya ikut merawat pasien positif Covid-19, ada yang ikut tertular.

Alhasil, pekerjaan tertentu harus ditangani nakes lain secara double.

Bima pun meminta manajemen RSUD Kota Bogor untuk merekrut nakes baru untuk mengisi kekosongan posisi mereka yang positif Covid-19.

"Karena banyak nakes yang terpapar, kemudian jadi kurang. Jadi, saya minta tolong diatasi kesulitan itu. Kan sekarang juga sedang dilakukan proses rekrutmen nakes oleh RSUD,” kata Bima.

Patuhi SOP

Di lain pihak, Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto menyarankan agar nakes yang bekerja menangani pasien Covid-19 mematuhi standar operasional prosedur (SOP).

Pun dengan manajemen RSUD Kota Bogor wajib memperkuat SOP agar ditaati seluruh nakes.

Atang memahami jika para nakes semakin lelah, dan beban kerjanya bertambah berat.

Dengan kondisi seperti itu, sambung dia, apalagi saat ini tingkat penyebaran Covid-19 di Kota Bogor semakin tinggi di angka 60-70-an kasus positif per hari.

Hal itu jelas membuat ruang perawatan isolasi semakin penuh, dan nakes harus bekerja ekstra menangani pasien.

Mengingat kewaspadaan tetap harus tinggi, kata Atang, alur penanganan jenazah pasien Covid-19 tetap harus ketat.

"SOP tetap harus dijalankan, termasuk kegiatan di luar aktivitas penanganan medis. Kejadian tertukarnya jenazah berarti menjadi warning agar SOP tetap harus jalan," kata Atang.

Jenazah Covid-19 Hampir Tertukar

Diberitakan sebelumnya, insiden jenazah Covid-19 hampir tertukar di ruang isolasi RSUD Kota Bogor terjadi pada, Rabu (30/12/2020).

Diketahui, pada Senin (4/1/2021), DF (24 tahun) menjelaskan, ibunya W (44) mengembuskan napas terakhirnya di RSUD Kota Bogor pada Rabu (30/12) sekitar pukul 00.05 WIB.

Namun, oleh petugas RSUD, surat kematian ditulis pada Selasa (29/12).

Selain itu, DF menambahkan, insiden terjadi ketika jenazah ibunya hampir tertukar dengan jenazah laki-laki yang juga berstatus positif Covid-19.

Load More