Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Senin, 21 Maret 2022 | 06:56 WIB
Suasana perbatasan di kawasan Puncak-Cipanas. [Antara]

SuaraBogor.id - Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor selama ini identik dengan cukup banyak turis yang berasal dari Timur Tengah. Faktanya, ada 1600 imigran dari Timur Tengah yang bermukim di dua desa di kawasan Puncak, Bogor.

Kondisi ini menurut Kepala Dinas (Kadis) Pariwisata Kabupaten Bogor, Deni Humaedi bisa menggangu citra pariwisata kawasan Puncak.

“Citra kawasan Puncak saat ini identik dengan wisata Timur Tengah, karena jumlah imigran banyak, terkesan Puncak khusus wisata Timur Tengah, padahal tidak demikian. Puncak terbuka juga dengan wisata mancanegara lainnya,” ungkapnya mengutip dari Bogordaily.net--jaringan Suara.com, Senin (21/3/2022).

“Para imigran terseber di Desa Tugu Utara dan Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor,” katanya.

Baca Juga: Sandiaga Uno Sebut Pemerintah Arab Dukung Pembangunan Kereta Gantung di Kawasan Puncak Bogor

Jika keberadaan para imigran terus bertambah di kawasan Puncak, kata Deni, keberadaan para imigran itu juga bisa menimbulkan stigma negatif,terhadap kawasan Puncak sebagai kawasan strategi pariwisata nasional.

“Kami hanya minta agar para imigran tidak berada di kawasan strategis wisata nasional Puncak, dan agar Badan Imigran PBB (UNHCR) dapat mengurus dan memindahkan mereka,” jelasnya.

Belum lagi, lanjut Deni, adanya informasi mengenai nikah siri antara warga pribumi dengan para imigran. Tindakan seperti ini, katanya, tidak dapat dilindungi hukum, termasuk status anak yang dilahirkan dari hasil pernikahan siri.

“Pemkab Kabupaten Bogor ingin mengembalikan kawasan Puncak itu sebagai destinasi wisata, bukan transit imigran,” terangnya.

Ia juga mengatakan tentang munculnya istilah “Kampung Arab” di kawasan Puncak, hal itu hanya sebuah istilah di masyarakat dan tidak resmi oleh pemerintah daerah.

Baca Juga: Kemenhub Berlakukan Ganjil Genap di Kawasan Puncak

“Nama asli kampung yakni Kampung Sampay atau Warung Kaleng. Kawasan Warungkaleng berada di Desa Tugu Selatan dan Desa Tugu Utara. Kawasan kampung mulai terisi sekitar tahun 1980-an,” katanya.

Saat ini, seiring dengan bertambahnya jumlah wisatawan Timur Tengah di kawasan Puncak, sering terdengar istilah kawin kontrak antara lelaki Timur Tengah dengan wanita lokal dan melakukan kawin kontrak.

Dari informasi yang beredar mereka yang melakukan kawin kontrak dengan lelaki Timur Tengah adalah para wanita tunasusila dan banyak berkeliaran di kawasan Puncak

Load More