SuaraBogor.id - Masih ingat dengan peristiwa kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182, kini mulai terungkap penyebabnya. Informasi itu disampaikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Untuk diketahui, Pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak itu jatuh di Perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021.
Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo menyampaikan setidaknya ada enam penyebab kecelakaan Sriwijaya Air SJ182 itu berdasarkan hasil investigasi KNKT.
Nurcahyo menyebutkan penyebab itu secara runut saat insiden terjadi.
Baca Juga: Misteri Tragedi Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 Terkuak, Ini Hasil Investigasi KNKT
“Dari investigasi ini kami KNKT menyimpulkan bahwa, pertama, tahapan perbaikan sistem auto-throttle belum mencapai bagian mekanikal. Yang kedua, karena thrust lever kanan tidak mundur seusai permintaan autopilot karena hambatan pada sistem mekanikal dan thrust lever kiri mengkompensasi dengan terus bergerak mundur sehingga terjadi asimetri,” kata Nurcahyo, mengutip dari Bogordaily -jaringan Suara.com, Jumat (4/11/2022).
Nurcahyo melanjutkan keterlambatan Cruise Thrust Split Monitor (CSTM) memutus auto-throttle pada saat pesawat terjadi asimetri menjadi penyebab kecelakaan tak bisa dihindari.
Sebabnya, flight spoiler memberikan nilai yang lebih rendah berakibat pada asimetri yang semakin besar.
“Setelah terjadi asimetri, harusnya CTSM bisa menonaktifkan auto-throttle. Namun demikian, terjadi keterlambatan CTSM pada auto-throttle sehingga asimetri menjadi terlebih dan pesawat menjadi belok ke kiri. Terlebih keterlambatan CTSM ini kami yakini karena informasi sudut dari flight spoiler lebih rendah dari yang sesungguhnya sehingga aktivasinya terlambat,” katanya.
Hasil Investigasi Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ182
Selain itu, sebut Nurcahyo, ada complacency atau rasa percaya terhadap sistem automatisasi dan confirmation bias yang berujung berkurangnya monitor oleh pilot terhadap instrumen di pesawat.
Baca Juga: Kecelakaan Maut di Jalan Raya Bojongsari - Ciputat, Pengendara Motor Tewas Terlindas Bus
“Berikutnya, adanya complacency terhadap kepada sistem automatisasi dan confirmation bias adanya informasi yang mendukung opini, telah berakibat dikuranginya monitor pada instrumen sehingga tidak disadari terjadi asimetri dan terjadi penyimpangan penerbangan,” kata dia.
“Pesawat berbelok ke kiri yang seharusnya ke kanan sementara kemudi miring ke arah kanan dan karena kurangnya monitor menimbulkan asumsi bahwa pesawat belok ke kanan sehingga tindakan pemulihannya tidak sesuai,” lanjut dia.
Terakhir, Cahyo menuturkan kecelakaan itu tak terlepas dari belum adanya aturan panduan mengenai upset prevention and recovery training (UPRT) yang mempengaruhi proses pelatihan oleh maskapai terhadap pilot.
“Kesimpulan terakhir karena belum adanya aturan panduan tentang upset prevention and recovery training (UPRT) berpengaruh terhadap proses pelatihan yang diberikan oleh maskapai untuk dapat menjamin kemampuan dan pengetahuan pilot dalam mencegah dan memulihkan kondisi upset,” ujarnya.
“Kondisi upset adalah kondisi di mana pesawat mengalami posisi yang tidak diinginkan, menukak terlalu tinggi, menukik terlalu tajam atau berbelok terlalu besar. Untuk pemulihan ini tidak bisa dilakukan secara efektif dan tepat waktu,” sambungnya.
Hasil investigasi ini disampaikan KNKT dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi V DPR di ruang rapat Komisi V DPR, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (3/11/2022).
Hadir dalam rapat Plt Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto, Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo, dan Dirut Sriwijaya Air Anthony Raimond Tampubolon.
Berita Terkait
-
Pistol Tak Terkunci, Balita 2 Tahun Tak Sengaja Tembak Mati Ibunya di California
-
Dirawat di RS Fatmawati, Begini Kondisi Pengendara Mobil XForce yang Ringsek Parah Kecelakaan di Tol Andara
-
Bikin Heboh Netizen, Mobil SUV Ringsek Ketiban Besi Akibat Kecelakaan di Tol Andara
-
KPU Kepulauan Seribu Ungkap Saksi RK-Suswono Tak Mau Tanda Tangan Berita Acara Rekapitulasi
-
Rekapitulasi Tingkat Provinsi: Pramono-Doel Unggul dengan 7.456 Suara di Kepulauan Seribu
Tag
Terpopuler
- Jabatan Mentereng Wahyu Hidayat, Pantas Ayah Dokter Koas Luthfi Ogah Damai dengan Pihak Lady Aurellia
- Ibunda Lady Biang Kerok Penganiayaan Dokter Ternyata Direktur Perusahaan Ternama
- Gus Iqdam Bela Miftah, Gus Arifin Ngaku Tak Suka: Maksudnya Apa Dam?
- Pendaftaran Pendamping Desa 2025 Resmi Dibuka! Cek Gaji dan Cara Daftarnya
- Alvin Lim Tuntut Teh Novi Ganti Rugi Rp 1 Triliun, Denny Sumargo Berkelakar Minta Bagian
Pilihan
-
Perusahaan Asing Gugat Waskita Karya Karena Nunggak Utang Rp976 Juta
-
4 Rekomendasi Laptop Gaming di Bawah Rp 15 Juta, Terbaik Desember 2024
-
Raksasa Ritel RI Terpuruk! Alfamart dan Matahari Berguguran
-
Resmi Dipecat PDIP, Jokowi: Waktu yang Akan Menguji
-
Usai Pelantikan PAW, Anggota DPRD Bontang Jalani Tes Urine, Apa Hasilnya?
Terkini
-
Anak Depok Cetak Sejarah, Miliano Jonathans Resmi di FC Utrecht
-
Drama Kejar-kejaran di Jalan KS Tubun, Maling Mobil Diamankan Warga
-
Bus Listrik Gratis Beroperasi di Cibinong Raya, Rute Bambu Kuning - Sentul dan Sentul - Pakansari
-
60 Tahun Berkibar, Mapala UI Buktikan Eksistensi di Puncak Gunung Dunia
-
Pergerakan Tanah Meluas, Warga Waringinsari Kembali ke Tenda Pengungsian