Andi Ahmad S
Jum'at, 15 Agustus 2025 | 16:14 WIB
Tangkapan Layar warga terkena hujan semen di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Minggu (10/8/2025). ANTARA/M Fikri Setiawan

SuaraBogor.id - Langit Citeureup, Kabupaten Bogor, tak sepenuhnya cerah pada Minggu (10/8) sore. Sebagian warga di Desa Citeureup dikejutkan dengan turunnya debu putih pekat yang dikenal sebagai "hujan semen", sebuah insiden yang bersumber dari aktivitas salah satu pabrik semen terbesar di wilayah tersebut. Pemerintah Kabupaten Bogor bergerak cepat untuk menangani situasi dan memastikan kondisi kembali normal.

Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 15.00 WIB ini sontak membuat resah warga, terutama yang rumahnya terdampak langsung oleh sebaran debu semen. Atap rumah, jemuran pakaian, hingga tanaman seketika memutih, menimbulkan kekhawatiran akan dampak kesehatan dan lingkungan.

Menurut penjelasan resmi dari Pemerintah Kecamatan Citeureup, insiden ini bukanlah akibat dari proses produksi normal. Camat Citeureup, Edy Suwito Sutono Putro, mengonfirmasi bahwa peristiwa tersebut terjadi saat pihak pabrik, PT Indocement Tunggal Prakarsa, tengah melakukan kegiatan pembersihan dan pemeliharaan alat produksi.

“Saat mempersiapkan, ada sedikit error sehingga anginnya terbuang dan debu jatuh. Kejadiannya tidak berlangsung lama,” ujar Edy dilansir dari Antara.

Ia menjelaskan bahwa material semen yang terbawa angin tersebut tidak dalam volume besar dan dampaknya hanya dirasakan oleh warga di satu wilayah Rukun Warga (RW) di Desa Citeureup. Meskipun begitu, kejadian ini tetap memicu respons serius dari pemerintah setempat untuk mencegah kepanikan dan memastikan adanya pertanggungjawaban.

Bagi sebagian warga Citeureup dan sekitarnya, insiden hujan semen bukanlah hal baru. Pernyataan Camat Edy yang menyebut bahwa dampak kali ini "tidak separah kejadian serupa sebelumnya" seolah mengonfirmasi bahwa masalah ini pernah terjadi di masa lalu.

Hal ini memunculkan pertanyaan publik mengenai standar operasional prosedur (SOP) pemeliharaan dan keamanan lingkungan yang diterapkan oleh perusahaan industri di sekitar permukiman padat penduduk.

Meskipun diklaim berskala lebih kecil, paparan debu semen yang mengandung partikel halus tetap menjadi ancaman. Partikel ini berisiko menimbulkan masalah pernapasan, iritasi mata, dan gangguan kesehatan lainnya jika terhirup dalam jangka waktu lama atau dalam konsentrasi tinggi.

Tidak menunggu lama, Pemerintah Kecamatan Citeureup langsung mengambil langkah taktis. Sehari setelah kejadian, pada Senin (11/8), mediasi pun digelar. Pertemuan ini melibatkan tiga pihak utama:

Baca Juga: Lautan Merah Putih Sepanjang 600 Meter Guncang Bogor, 8.500 Warga Tumpah Ruah di Kirab Kebangsaan

  • Pihak PT Indocement Tunggal Prakarsa sebagai penanggung jawab insiden.
  • Warga terdampak yang diwakili oleh aparat desa.
  • Pemerintah Desa dan Kecamatan sebagai fasilitator.

“Kami sudah memfasilitasi mediasi antara pihak Indocement, warga, dan desa untuk menyelesaikan persoalan ini,” tutur Edy.

Hasil konkret dari mediasi tersebut adalah komitmen dari pihak perusahaan dan aksi nyata di lapangan. Warga bersama-sama dengan aparat desa langsung melakukan kerja bakti untuk membersihkan sisa debu semen yang menempel di lingkungan permukiman.

Lebih lanjut, pihak kecamatan akan berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk melakukan pendataan pasti terkait jumlah warga dan kerugian material yang mungkin timbul akibat insiden ini sebagai dasar penanganan lebih lanjut.

Insiden ini menjadi pengingat keras bagi semua perusahaan industri yang beroperasi di wilayah padat penduduk seperti Citeureup.
Pemerintah Kecamatan Citeureup secara tegas mengimbau seluruh perusahaan untuk meningkatkan sistem pengawasan internal, terutama saat melakukan aktivitas berisiko tinggi seperti pemeliharaan atau pembersihan alat produksi.

Langkah preventif dianggap jauh lebih penting untuk mencegah terulangnya insiden serupa di kemudian hari, yang tidak hanya merugikan warga tetapi juga mencoreng citra perusahaan.

Load More