Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Senin, 23 Juni 2025 | 12:51 WIB
Proyek SDN Bogor Makan Korban, Satu Pekerja Meninggal Akibat Longsor Pondasi [Ist]

SuaraBogor.id - Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polresta Bogor Kota menyatakan akan menindaklanjuti dan menyelidiki penyebab longsor yang terjadi di proyek pembangunan SDN Gang Aut, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.

Peristiwa tersebut mengakibatkan satu pekerja, Iwan Setian, meninggal dunia setelah tertimbun saat menggali pondasi cakar ayam.

Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota, AKP Aji Riznaldi Nugroho, mengatakan pihaknya akan memanggil sejumlah pihak terkait untuk mendalami insiden tersebut.

Ia mengungkapkan, ada dugaan faktor lain yang turut menyebabkan terjadinya longsor di lokasi proyek.

Baca Juga: Doa dan Amalan Penting Bagi Muslim yang Meninggal Dunia: Lengkap dengan Dalil

“Kita akan panggil para pihaknya, kita akan dalami,” ujar AKP Aji Riznaldi dilansir dari Metropolitan.id -jaringan Suara.com, Senin 23 Juni 2025.

Meski begitu, AKP Aji menambahkan, sementara ini longsor diduga dipicu oleh faktor alam, seperti kondisi tanah dan cuaca.

“Penyebabnya diakibatkan kontur tanah dan curah hujan yang tinggi,” jelasnya.

Sebelumnya, proyek pembangunan SDN Gang Aut di Kelurahan Gudang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor memakan korban jiwa.

Satu pekerja proyek dikabarkan meninggal dunia usai tertimbun longsor.

Baca Juga: Fakta Unik! Sekda Kota Bogor yang Baru Hanya Akan Bertugas Dua Tahun

Informasi yang dihimpun, peristiwa maut tersebut terjadi pada Sabtu, 21 Juni 2025 pagi sekira pukul 10.00 WIB.

Korban tewas di lokasi proyek pembangunan SDN Gang Aut tersebut diketahui bernama Iwan Setiawan (51), warga Cigudeg, Kabupaten Bogor.

"Tadi pukul 10 pagi saya mendapat informasi bahwa ada kejadian pekerja tertimbun longsor di lokasi pembangunan SDN Gang Aut," ujar Lurah Gudang, Feri Setiawan.

Usai mendapat informasi tersebut, ia langsung menyambangi lokasi.

Menurutnya, korban tertimbun longsor langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Vania, Kota Bogor.

Namun tak berselang lama, pihaknya mendapat kabar bahwa korban dinyatakan meninggal dunia.

"Satu jam kemudian ada informasi bahwa korban meninggal," ungkapnya.

Berdasarkan informasi yang diterimanya, korban tertimbun longsor dan tertimpa material proyek saat sedang menggali tanah.

Feri menjelaskan, proyek pembangunan SDN Gang Aut berada di wilayah Kelurahan Gudang.

Saat ini, pihaknya masih menunggu penyelidikan lebih lanjut dari terkait penyebab pasti longsor yang mengakibatkan korban jiwa tersebut.

Sejarah Kota Bogor

Kerajaan Tarumanagara

Pada awal abad ke-5 Masehi, Kota Bogor merupakan pusat Kerajaan Tarumanagara dengan raja yang bernama Purnawarman.

Beberapa kerajaan lainnya lalu memilih untuk bermukim di tempat yang sama dikarenakan daerah pegunungannya yang secara alamiah membuat lokasi ini mudah untuk bertahan terhadap ancaman serangan, dan di saat yang sama adalah daerah yang subur serta memiliki akses yang mudah pada sentra-sentra perdagangan saat itu.

Kerajaan Sunda

Di antara prasasti-prasasti yang ditemukan di Kota Bogor tentang kerajaan silam, salah satunya adalah prasasti Batutulis menceritakan kekuasaan Prabu Surawisesa dari Kerajaan Sunda.

Kerajaan Sunda yang memiliki ibukota di Pajajaran diyakini terletak di Kota Bogor, dan menjadi pusat pemerintahan Prabu Siliwangi yang dinobatkan pada 3 Juni 1482. Hari penobatannya ini diresmikan sebagai Hari Jadi Kota Bogor dan Kabupaten Bogor pada tahun 1973 dan diperingati setiap tahunnya hingga saat ini.

Zaman Kolonial Belanda

Setelah penyerbuan tentara Banten, catatan mengenai Kota Pakuan hilang, dan baru ditemukan kembali oleh ekspedisi Belanda yang dipimpin oleh Scipio dan Riebeeck pada tahun 1687. Mereka melakukan penelitian atas Prasasti Batutulis dan beberapa situs lainnya, dan menyimpulkan bahwa pusat pemerintahan Kerajaan Pajajaran terletak di Kota Bogor.

Pada tahun 1745, Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff membangun Istana Bogor seiring dengan pembangunan Jalan Raya Daendels yang menghubungkan Jakarta dengan Bogor.
Bogor direncanakan sebagai sebagai daerah pertanian dan tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal. Dengan pembangunan-pembangunan ini, wilayah Bogor pun mulai berkembang.

Setahun kemudian, van Imhoff menggabungkan 9 distrik (Cisarua, Pondok Gede, Ciawi, Ciomas, Cijeruk, Sindang Barang, Balubur, Dramaga, dan Kampung Baru) ke dalam satu pemerintahan yang disebut Regentschap Kampung Baru Buitenzorg.

Di kawasan itu van Imhoff kemudian membangun sebuah Istana Gubernur Jenderal. Dalam perkembangan berikutnya, nama Buitenzorg dipakai untuk menunjuk wilayah Puncak, Telaga Warna, Megamendung, Ciliwung, Muara Cihideung, hingga puncak Gunung Salak, dan puncak Gunung Gede.

Load More