Andi Ahmad S
Kamis, 02 Oktober 2025 | 13:59 WIB
Ilustrasi Penutupan Truk Tambang di Bogor [Suara.com/ANTARA]
Baca 10 detik
  • Penutupan tambang Cigudeg menjadi sorotan publik dan masalah kemanusiaan karena ratusan keluarga kehilangan sandaran ekonomi.

  • Warga terdampak meminta Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi, datang langsung setelah video keluhan mereka menjadi viral di TikTok.

  • Dampak penutupan sangat masif, melumpuhkan ekonomi buruh harian, pedagang kecil, dan membuat masyarakat kesulitan mencari usaha pengganti.

SuaraBogor.id - Penutupan aktivitas perusahaan tambang di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat terus menjadi sorotan tajam publik.

Kondisi ini tidak hanya sekadar isu lingkungan atau bisnis, tetapi telah berkembang menjadi masalah kemanusiaan yang mendalam, mengakibatkan ratusan keluarga kehilangan sandaran ekonomi.

Masyarakat terdampak kini menyuarakan jeritan hati mereka, bahkan meminta perhatian langsung dari pemimpin daerah atau Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Melalui sebuah video yang viral di akun TikTok @_selv2, seorang warga Kampung Lebak Wangi, Desa Rengasjajar, secara emosional menyampaikan keluhannya langsung kepada Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Video tersebut menjadi gambaran nyata betapa putus asanya warga dalam menghadapi situasi ini.

Dalam rekaman yang menyebar luas itu, warga dengan lantang meminta agar Dedi Mulyadi tidak hanya melihat situasi dari media sosial, melainkan datang langsung menyaksikan kondisi warga yang terdampak.

"Pak Dedi, jangan cuma melihat di media sosial, datang langsung ke sini, ke Kampung Lebak Wangi, Desa Rengasjajar, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Biar bapak percaya, banyak orang yang benar-benar nangis, Pak, karena PT ditutup,” ujarnya dalam rekaman yang viral itu.

Sejak perusahaan tambang ditutup, dampak ekonominya terasa sangat masif dan meluas.

Bukan hanya sopir truk yang biasanya mengangkut hasil tambang yang kehilangan pekerjaan, tetapi juga ribuan buruh harian dan pedagang kecil yang hidupnya bergantung pada roda ekonomi yang berputar di sekitar aktivitas pertambangan.

Baca Juga: Pemkab dan DPRD Bogor Sahkan Perubahan APBD 2025, Siap Geber Pembangunan dan Susun APBD 2026

Mereka adalah pemilik warung, penjual makanan, hingga penyedia jasa yang kini omzetnya terjun bebas, bahkan tak ada sama sekali.

"Banyak orang yang kelaparan sekarang, Pak, bukan cuma supir. Di belakang kita, biasanya banyak buruh, sekarang tidak ada makanan, tidak ada mobil,” tutur warga tersebut.

Kondisi ini membuat masyarakat kesulitan mencari usaha pengganti untuk bertahan hidup di tengah himpitan ekonomi yang kian mencekik.

"Mau usaha apa sekarang, Pak? Usaha cilok? jualan cilok? Yang beli, Pak? Tidak ada yang punya uang,” keluhnya.

Dampak penutupan tambang ini tidak hanya dirasakan oleh para pekerja dewasa, tetapi juga anak-anak. Mereka disebut tidak lagi bisa jajan lantaran orang tua kehilangan penghasilan.

"Anak-anak juga dikurung, Pak, mereka mau jajan tapi tidak punya uang,” kata warga.

Tidak hanya itu, pelaku usaha mikro seperti penjual sayur pun merasakan pukulan telak.

"Saya pribadi terkena dampak, saya hanya penjual sayur dan buah di kampung, tapi setelah PT ditutup, pelanggan hampir tidak ada. Padahal saya jualan keliling, bukan cuma saya, 90 persen warga di sini kena dampaknya,” ungkapnya.

Load More