SuaraBogor.id - Letak geografis Indonesia yang berada di atas tiga lempeng tektonik utama dunia, membuat Indonesia menjadi wilayah yang sangat rawan terhadap bencana alam seperti gempa bumi.
Pada 28 Agustus 2011 lalu misalnya, sebuah bencana gempa bumi berkekuatan magnitudo 3,3 pernah mengguncang Kampung Muril, RW 15, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.
Akibat gempa itu, 105 rumah dengan 75 di antaranya rusak ringan dan sisanya rusak sedang. Dahsyatnya guncangan gempa Sesar Lembang ini masih melekat pada ingatan warga penghuni kampung.
Eni Daryani (80) salah seorang warga bercerita gempa mengguncang kampungnya saat bulan Ramadan. Sekira pukul 15.00 WIB, dia tengah berada di dalam kamar mandi.
Baca Juga:Catat! 4 Kecamatan Paling Terancam Jawa Barat Gempa Besar Sesar Lembang
Masih lekat dalam ingatannya, tanah pijakannya bergetar hebat saat dia setengah telanjang hendak menggosok gigi. Kepala terasa pusing, sementara keseimbangan badan goyah dan ambruk di lantai kamar mandi.
"Emak nuju di cai kur nganggo anduk acan, pas nuju sikat gigi taneuh teh oyag, (Emak sedang di kamar mandi cuma pakai handuk saja, ketika sikat gigi tanah berguncang)," ucap lansia ini saat mengingat kejadian bencana itu, seperti yang dikutip dari AyoBandung.com, Minggu (31/1/2021).
Memang tak ada korban jiwa saat gempa berkekuatan magnitudo 3,3 terjadi. Namun dinding ratusan rumah warga mengalami retak sebagian kecil malah ambruk.
"Nyoba merangkak, tapi terasa berat badan juga, kaku. Terus anak masuk buat nolong, emak dibopong keluar," terangnya.
Dia selamat dan anggota keluarganya selamat. Hanya rumahnya saja yang mengalami kerusakan, seperti retak-retak pada bagian tembok. Emak Eni berharap peristiwa 10 tahun silam itu tidak terjadi lagi.
Baca Juga:BPBD dan TNI Peringatkan Warga Sesar Lembang Ancaman Jawa Barat Gempa Besar
"Emak mah berdoa saja mudah-mudahan enggak ada lagi gempanya," katanya.
Sementara itu, Engkom (79), adik dari Emak Eni menuturkan, saat kejadian dirinya tengah beristirahat di rumah sederhananya yang saat itu diisi lima orang. Tiba-tiba saja ia merasakan lantai seperti amblas.
"Emak kan waktu itu emang sudah bongkok, emak nyelamatin diri dibopong anak. Nyelamatin diri ke luar rumah," ujarnya.
Sebelum keluar menyelamatkan diri, dia melihat kerikil dari tembok dan barang-barang seperti piring, gelas, serta yang lainnya berjatuhan.
"Iya pada jatuh. Iya takut mudah-mudahan enggak ada lagi," tandasnya.