SuaraBogor.id - Pandemi Covid-19 melanda Indonesia nyaris dua tahun lamanya. Semua kegiatan dari mulai masyarakat dibatasi akibat adanya virus Corona. Seperti kegiatan kesenian.
Berbicara soal dampak Pandemi Covid-19, tentunya berdampak pada kehidupan kesenian terutama yang berbasis komunitas atau masyarakat. Persoalan itu pula yang kini dirasakan oleh Festival Film Purbalingga (FFP).
Tahun ini menjadi kali kedua digelar di masa Pandemi Covid-19. Sebelumnya di tahun 2020, festival film berbasis komunitas yang dimulai tahun 2006 silam, pun menggelarnya dalam dua alternatif, yakni luring dan daring.
Namun tahun ini sang penggagas FFP yang juga direktur agenda tahunan tersebut, Bowo Leksono memastikan full daring.
Baca Juga:CEO Pfizer Prediksi Akan Muncul Virus Corona Varian Baru yang Kebal Vaksin
"Karena kita tidak bisa menunda lagi dan PPKM ini tidak jelas kapan berakhirnya, maka kami putuskan FFP dilakukan secara daring apa pun itu risikonya," katanya beberapa waktu lalu kepada Suara.com.
Banyak tantangan yang kini dihadapi penyelenggara FFP mulai seperti ketersediaan jaringan internet yang stabil hingga hasil produksi karya pelajar. berupa film pendek yang tentunya jumlahnya akan berbeda dibanding sebelumnya.
Pun agenda utama yang digelar sebulan sebelum acara utama FFP, yakni Layar Tanjleb yang menjadi andalan FFP dan biasa dilakukan keliling selama sebulan di lima kabupaten wilayah Eks Karesidenan Banyumas yang mencakup, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Banjarnegara dan Kebumen terpaksa ditiadakan.
Lantaran itu pula Suara.com menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema "Strategi di Tengah Pandemi; Menghidupkan Kembali Festival Film yang akan digelar pada Rabu 25 Agustus 2021, mulai Pukul 15.00 WIB.
Untuk bisa berpartisipasi dalam FGD tersebut, silakan registrasi dengan menghubungi Nomor WhatsApp 0813-8120-5128.
Baca Juga:Viral Load Varian Delta 300 Kali Lebih Tinggi dari Jenis Lainnya, Lebih Mudah Menular?