SuaraBogor.id - Belasan bale-bale serta penginapan yang menghadap lepas pantai di pesisir Pantai Citepus, tepatnya di Kampung Wisata RT 03/03, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi rusak usai diterjang banjir rob setinggi tiga meter, Minggu (13/6/2022).
Kondisi tersebut membuat pemilik bangunan bale-bale dan penginapan itu rugi puluhan juta rupiah.
Salah satunya Herli (28 tahun), pemilik bangunan warung wisata sekaligus penginapan yang turut menjadi korban dari musibah ini.
Sebanyak 2 kamar sewa, 4 wc umum, dan 7 petak bale bale, yang dia sewakan untuk pengunjung, hancur menjadi puing-puing akibat terjangan gelombang air laut yang pasang pada Minggu kemarin.
Ia yang tinggal bersama istri dan anaknya di warung wisata tersebut kemudian menceritakan kronologi peristiwa ini. Banjir Rob, kata dia, terjadi selama tiga hari terakhir saat waktu menjelang subuh.
Gelombang air pasang tinggi pertama kali terjadi pada Sabtu, 11 Juni 2022, dan merusak 4 petak bale bale yang ada depan bangunannya.
“Pas kejadian subuh lagi tidur. Denger suara ombak gede saya keluar. Pas keluar 4 bale sudah hilang (terbanyak hanyut ombak) pada Sabtu pagi,” kata Herli , Senin (13/6/2022).
Keesokan harinya, Minggu, 12 Juni 2022, ombak merusak 1 kamar sewa milik Herli. Kemudian Senin ini menerjang 3 petak bale-bale yang tersisa, 1 kamar sewa, dan 4 wc umum.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Herli beserta anak dan istrinya saat itu tidur di kamar yang letaknya tak terjangkau ombak. Kemudian kamar yang ia sewakan sedang kosong.
Baca Juga:Pemuda Sukabumi Terserempet Kereta Api Saat Tertidur Pulas di Rel, Polisi: Korban Alami Luka-luka
“Untungnya pas malam minggu kamar sewa lagi kosong, biasanya Jumat malam tamu sudah datang, Sabtu sudah mengisi. Pas kejadian alhamdulillah lagi gak ada (yang mengisi),” ungkapnya.
Kerugian yang ia derita berdasarkan data Satpol Air akibat musibah ini diperkirakan mencapai Rp 30 juta bahkan bisa lebih karena penghasilannya melalui 2 kamar sewa yang seminggu kalinya didatangi wisatawan bisa mencapai Rp 200 ribu per kamar raib.
“Untuk membangunnya lagi terus menafkahi anak istri harus nyari kerjaan lain dulu. Soalnya susah kan kalau di sini. Di sini cuman nyewain tempat aja. Sekarang tempatnya udah gak ada terpaksa nyari yang lain. Mudah-mudahan ada pekerjaan yang deket karena anak masih kecil,” tandasnya.
Pantauan, hingga siang ini Herli dibantu saudara laki-laki dan ayahnya masih membenahi puing bangunan warung mereka.