SuaraBogor.id - Miris mungkin, kondisi keluarga Mak Idah janda berusia 52 tahun asal Kampung Pasir Taman RT02/011, Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur yang menggantungkan hidup dengan membuat Pocis (Wadah untuk menanam bibit) dan pembersih kebun ternyata sering tidak makan dalam setiap harinya.
Mak Idah tinggal di kaki Gunung Gede Pangrango tersebut tinggal di rumah berukuran 4 X 6 meter persegi dengan seorang anaknya, dan empat orang cucu.
Untuk makan dan memenuhi kebutuhan setiap harinya, Mak Idah harus membuat Pocis, dengan upah tidak seberapa, ia hanya mendapatkan bayaran sebesar Rp 300 ribu untuk per karung.
Kadang anaknya Rina (30) dan keempat cucunya yang masih anak-anak juga ikut membantu Mak Idah untuk membuat Pocis yang terbuat dari daun pisang. Selain itu, Mak Idah berharap ada seseorang yang meminta dirinya untuk membersihkan kebun.
Baca Juga:Heboh Acara Dangdutan Berujung Rusuh, Diduga Dipicu Aksi Saling Senggol Penonton
Dengan bermodalkan sapu lidi, dan golok tumpul dirinya mulai membersihkan kebun milik mulai dari pagi hingga pukul 12.00 WIB siang, Mak Idah hanya diberi upah sebesar Rp 20 ribu.
"Kalau membersihkan kebun kalau ada yang nyuruh aja itu pun tidak setiap hari. Sehari-hari bikin Pocis, paling besar dibayar Rp 10 Ribu untuk per karung," kata Mak Idah yang sudah tinggal di kaki Gunung Gede-Pangrango hampir selama 50 tahun.
Hidupnya yang menggantungkan hidup dengan membuat pocis, dan kuli serabutan, tidak jarang ia tidak memiliki uang untuk membeli beras dan lauk pauk untuk makan bersama anak dan cucunya.
Dengan menahan rasa sakit perut yang lapar, Mak Idah berharap ada tetangga atau orang lain yang menyuruhnya untuk membersihkan kebun dan mendapatkan uang untuk dibelikan beras.
Rina perempuan Mak Idah mengisahkan, dirinya terpaksa menyusuri kebun pisang, dan talas milik orang lain yang berada di dekat rumahnya untuk direbus kemudian dimakan bersama-sama.
Baca Juga:Rela Berdesak-Desakan Demi Dapatkan Pekerjaan, Belasan Pencari Kerja di Cianjur Pingsan
"Saya izin dulu ke pemilik kebun, alasannya bukan untuk makan, tapi buat cemilan anak-anak, padahal di rumah kondisinya tidak ada beras sama lauk pauk," katanya sambil menggendong anaknya yang masih balita.
- 1
- 2