Viral Video Santriwati Nangis Kejer Saat Diminta Hancurkan HP Sendiri Pakai Batu, Tuai Pro Kontra: Ingat Perjuangan Ortu

Tampak sejumlah remaja putri itu menangis ketika harus 'menggeprek' HP mereka sendiri dengan memakai batu.

Andi Ahmad S | Elvariza Opita
Senin, 29 Agustus 2022 | 11:22 WIB
Viral Video Santriwati Nangis Kejer Saat Diminta Hancurkan HP Sendiri Pakai Batu, Tuai Pro Kontra: Ingat Perjuangan Ortu
Viral santriwati menangis saat diminta menghancurkan HP mereka sendiri dengan batu. (Instagram/@andreli_48)

SuaraBogor.id - Sejumlah lembaga pendidikan mempunyai peraturannya masing-masing, termasuk perihal boleh atau tidaknya membawa handphone. Tak terkecuali pondok pesantren yang biasanya lebih ketat dan mengharuskan anak didiknya untuk tidak membawa ponsel.

Tampaknya itu pula alasan beberapa remaja putri di video unggahan akun Instagram @andreli_48 ini menangis. Rupanya mereka diminta untuk menghancurkan sendiri gawai yang dimiliki.

Video yang juga diunggah akun @kodil0127 itu memperlihatkan para santriwati yang dikumpulkan di satu lokasi. Mereka terlihat mengelilingi sejumlah santriwati yang duduk menghadap beberapa batu.

Batu itulah yang menjadi alas untuk ponsel-ponsel mereka sebelum dihancurkan. Sambil menangis kencang, mereka terlihat mengangkat batu lain lalu memukul-mukulkannya di atas ponsel sampai hancur.

Baca Juga:Viral, Bergaya Isi BBM Rp100 Ribu, Pemotor Kabur Usai Tanki Terisi Penuh, Publik: Gaya Hedon tapi Nggak Sesuai Kantong

"Momen ketika HP yang penuh kenangan di dalamnya harus hancur di tangan sendiri," tutur @andreli_48, seperti dikutip SuaraJabar.id, Senin (29/8/2022).

Terlihat jelas kalau mereka sendiri tidak tega untuk menghancurkan gawai-gawai tersebut. Namun seorang wanita dewasa diduga sang ustazah memberi arahan supaya mereka melanjutkan acara "menggeprek" HP tersebut.

Beberapa tampak menangis lebih kencang dan sempat berhenti menghancurkan HP-nya, namun kembali didorong untuk melanjutkannya. Aksi ini tak lepas dari pengawasan teman-teman serta para guru mereka.

Video yang semula diunggah @sumarlipermis ini tentu menuai pro dan kontra di kalangan warganet. Sebagian sepakat dengan ketegasan tersebut, apalagi jika memang sudah peraturannya untuk tidak membawa HP.

Sementara sebagian lainnya menyayangkan, karena semestinya HP itu cukup dikembalikan ke orang tua alih-alih menjadi mubazir karena dihancurkan.

Baca Juga:Videonya Viral, Begini Kronologi Wanita Dapat Kekerasan dari Satpol PP Padang Usai Rekam Penertiban Pedagang

"Susah dibilangin sih, sudah peraturan malah ngeyel, jangan bikin narasi aneh aneh ini," komentar warganet.

"Bukankah lebih baik balikin aja ke orang tuanya," kata warganet.

"Jooosss. Dari awal masuk/daftar pasti udah di kasih tau aturannya ketahuan bawa HP ya di hancurin.. Ngeyel? Resiko tanggung sendiri," ujar warganet lain.

"Kembalikan ke ortu nya saja, kita ga pernah tau perjuangan ortunya membelikan hp untuk anaknya susah payah mencari duit gitu aja di rusak sia-sia," imbuh warganet.

"Tolong yang ngerekam juga ancurin hp nya donk," timpal yang lainnnya.

Mengapa Kebanyakan Pesantren Larang Santri Bawa HP?

(Sumber: Shutterstock)
Ilustrasi menggunakan HP. (Sumber: Shutterstock)

Ketua Rabithah al-Ma'ahid al-Islamiyyah (RMI) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Surakarta, Irfan Nuruddin, pernah memberi penjelasan mengenai banyaknya ponpes yang melarang santrinya membawa HP.

"Sebab hape di tangan santri yang dalam usia remaja itu lebih banyak madhorotnya dari pada manfaatnya," cuit Irfan lewat Twitter-nya.

Pengurus Pondok Pesantren Al Muayyad Surakarta ini lantas membeberkan sejumlah hal kurang baik yang bisa terjadi bila membiarkan santri remaja kerap memegang HP.

"Menjadikan santri banyak membuang waktu dengan hapenya daripada beraktifitas lain yang lebih bermanfaat, itu jelas. Dan juga menimbulkan hal-hal lain yang menjurus keharaman secara syariat."

Sedangkan dari sisi kesehatan, terdapat beberapa dampak yang bisa ditimbulkan apabila kecanduan memakai gadget seperti HP.

Melansir Halodoc, beberapa dampak yang ditimbulkan termasuk gangguan mata, gangguan pola tidur, postur tubuh jadi bungkuk, gangguan pada studi, obesitas, serta kurangnya anak bersosialisasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini