Cianjur Kembali Diguncang Gempa Susulan, BMKG Sebut Tanda Kondisi Kembali Aman: Masyarakat Wajib Waspada

Ia menyebutkan, tercatat pada pukul 16.00 WIB, terjadi sebanyak 140 kali gempa susulan dengan frekuensi kejadian yang menurun.

Andi Ahmad S
Selasa, 22 November 2022 | 19:22 WIB
Cianjur Kembali Diguncang Gempa Susulan, BMKG Sebut Tanda Kondisi Kembali Aman: Masyarakat Wajib Waspada
Sejumlah korban gempa dirawat di halaman RSUD Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). [ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi]

SuaraBogor.id - Gempa susulan kembali terjadi di Cianjur, Jawa Barat pada Senin hingga Selasa (22/11/2022) siang tadi. Hal itu membuat masyarakat trauma.

Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa penurunan frekuensi aktivitas gempa susulan di Cianjur, Jawa Barat, menandakan kondisi akan kembali aman.

"Jadi memang terjadi peluruhan, itu sudah nyata, dan ini menjadi pertanda bahwa tidak lama lagi kondisi akan aman kembali," ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, mengutip dari Antara.

Ia menyebutkan, tercatat pada pukul 16.00 WIB, terjadi sebanyak 140 kali gempa susulan dengan frekuensi kejadian yang menurun.

Baca Juga:Innalillahi, Lesti Kejora Berduka! Orang Dekat Jadi Korban Gempa Bumi Cianjur, Rumah Ambruk hingga Minta Doa Terbaik

Ia menambahkan bahwa aktivitas magnitudo gempa susulan dari gempa utama magnitudo 5,6 Cianjur, Jawa Barat, pada Senin (12/11) juga semakin melemah.

"Gempa susulan terbesar magnitudo 4,2 dan terkecil magnitudo 1,2," katanya.

Ia menyampaikan bahwa gempa dengan kekuatan magnitudo 1,2 sudah dapat dianalisis oleh BMKG, dan ini merupakan prestasi dalam memonitor gempa.

"Jadi magnitudo 1,2 mampu kita analisis adalah prestasi gemilang BMKG di dalam memonitor gempa karena banyaknya alat yang kita pasang, dan kita bisa memberi informasi sedetil-detilnya terkait dengan aktivitas gempa yang terjadi," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Daryono juga menyampaikan bahwa berdasarkan analisis mekanisme sumbernya, gempa di Cianjur memiliki patahan geser ke kiri.

Baca Juga:Tak Kuasa Menahan Tangis, Bapak Ini Pangku Anaknya yang Meninggal karena Gempa Cianjur

"Ini mirip dengan karakteristik sesar Cimandiri, sehingga ini diduga sesar atau patahan Cimandiri, dan itu benar karena memang ini berada di zona sistem sesar tersebut," katanya.

Ia menambahkan, bergeraknya sesar itu membuat robek tanah sekitar 20-30 kilometer di bawah permukaan tanah dan rekahannya mencapai 23 kilometer.

"Jadi memang ini akan memancarkan gelombang gempa yang sangat kuat tetapi dangkal," katanya.

Kondisi itu, lanjut dia, membuat bangunan yang berada di episentrum gempa menjadi rusak. Di sisi lain, kondisi tanah yang lunak turut memperparah guncangan.

"Karena tanah lunak itu meresonansi getaran sehingga memperbesar guncangan itu, akhirnya kita bisa saksikan sendiri kerusakan bangunan dan korban jiwa jatuh juga cukup banyak," katanya.

Daryono menambahkan, dampak gempa juga menyebabkan lereng menjadi tidak stabil yang dapat berakibat longsor, apalagi bila terjadi hujan.

"Bukit digoyang gempa, lereng dapat mengalami instabilitas, yang kita antisipasi ke depan adalah jika hujan deras, lereng yang sudah tidak stabil itu bisa longsor," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini