SuaraBogor.id - Masyarakat di sejumlah daerah saat ini tengah menyoroti soal harga beras yang semakin meningkat. Apalagi kenaikan itu menjelang bulan suci Ramadan.
Penyebab harga beras naik langsung dibongkar Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo.
Menurutnya, program bantuan sosial (bansos) tidak menyebabkan kenaikan harga beras dan berkurangnya stok di pasar tradisional maupun ritel modern.
"Jangan dibilang menghabiskan beras nasional, enggak. Itu (ada) posnya sendiri-sendiri," ujar Arief, dikutip dari Antara.
Baca Juga:Harga Semakin Terbang Tinggi, Bulog Dramaga Siagakan 8 Ribu Ton Beras
Arief menyampaikan beras bantuan pemerintah ataupun beras program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) diambil dari gudang Perum Bulog, yang mendapat amanat untuk menyalurkan bansos.
"Itu langsung dari Gudang Bulog, tidak menyerap dari yang ada di panen lokal," katanya.
Kelangkaan dan tingginya harga beras di pasar disebabkan oleh hasil panen dalam negeri yang berada di bawah 1 juta ton.
Sementara kebutuhan beras di Indonesia bisa mencapai 2,5 juta ton hingga 2,6 juta ton.
Menurut Arief, rendahnya jumlah produksi dalam negeri tersebut yang menyebabkan harga beras menjadi tinggi dan sulit didapat.
Baca Juga:Harga Beras Tinggi Jelang Ramadan, Dedie A. Rachim dan Bulog Turun Tangan Cari Solusi
"Karena dari panen lokal kemarin angkanya di bawah 1 juta ton, kebutuhan sebulan 2,5 juta ton - 2,6 juta ton. Jadi ini mesti clear," ucap Arief.
- 1
- 2