Heboh Kasus Eks Sirkus OCI, Taman Safari Indonesia Tak Ingin Tercoreng

Head of Media and Digital Taman Safari Indonesia Group Finky Santika Nh dalam keterangannya menjelaskan bahwa TSI Group tidak memiliki keterkaitan ataupun hubungan bisnis

Andi Ahmad S
Kamis, 17 April 2025 | 14:08 WIB
Heboh Kasus Eks Sirkus OCI, Taman Safari Indonesia Tak Ingin Tercoreng
Seekor panda (Ailuropada melanoleuca) asal China di Istana Panda Indonesia, Taman Safari Indonesia Bogor, Jawa Barat, Sabtu (14/9). [Suara.com/Oke Atmaja]

Meskipun dugaan kekerasan yang mengarah pada pelanggaran HAM itu terjadi pada masa lampau, menurut dia, bukan berarti tindak pidana yang dilakukan tidak bisa diusut.

"Apalagi, kita sudah punya KUHP sejak Indonesia merdeka," katanya, dilansir dari Antara.

Kasus Eks Sirkus OCI

Sebelumnya, Taman Safari Indonesia (TSI) mengklarifikasi bahwa tuduhan eksploitasi terhadap eks pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) tersebut sama sekali tidak benar.

Baca Juga:Dirut TSI Bantah Eksploitasi: Kami Justru Rawat dan Selamatkan Mereka dari Prostitusi

TSI mengaku pihaknya malah merawat mereka sejak bayi karena mendapatkannya dari tempat prostitusi di wilayah Kalijodo, Jakarta.

Direktur Taman Safari Indonesia Tony Sumampau menjelaskan kejadian pelaporan eks pemain sirkus itu juga terjadi sejak dulu pada tahun 1997.

"Sama sekali tidak benar, kalau itu benar kejadiannya, karena tahun 1997 itu kan ada yang melapor," kata dia, Rabu 16 April 2025.

"Itu udah selesai kenapa sekarang timbul, pada saat itu sudah tidak ada masalah kan, saya yang pergi cari orang tuanya yang tadi saya sampaikan," kata dia.

Ia mengaku, pihaknya telah mencari orang tua dari eks pemain sirkus itu. Namun, karena anak hasil hubungan gelap, orang tua mereka pun tidak diketahui.

Baca Juga:Ketua DPRD Bogor Tunggu Hasil Pemeriksaan Tim Saber Pungli Soal THR dan Pemotongan Kompensasi Sopir

"Mencari orang tuanya gak nemu dari Kalijodo," jelas dia.

Ia mengaku, Komnas HAM saat itu sudah mengklarifikasi bahwa penampungan anak balita itu tidak melanggar dan dinilai baik. Sehingga, anak hasil hubungan gelap itu mereka rawat hingga dewasa.

"Anak-anak itu memang anak-anak didik, mereka sudah ditampung sudah bagus. Inget saya dari Komnas HAM mengatakan itu ditampung saja sudah bagus, sehat-sehat waktu itu," jelas dia.

"Kalau kamu gak ditampung mungkin udah gak ada siapa yang mau kasih makan dari bayi, siapa yang mau kasih susu sampai kamu besar gini. Kenapa ga ucapin terimakasih," lanjutnya.

Sehingga, kata dia, apa yang disampaikan para korban kepada kementerian HAM sangat tidak masuk akal.

"Hal itu sama sekali apa yang disampaikan kayanya tidak masuk di akal juga seperti dipukul pakai besi, babi mungkin dia gitu ya. Jadi ga bener, jadi itu hanya suatu diciptakan seperti itu," jelas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak