Dedi Mulyadi Sentil Warga Bogor: Jangan Malu Ucapkan Dua Kata Krusial Ini

Ia menyebut, tingkatkan bahasa yang tertinggi adalah bahasa rasa. Bahasa rasa, kata dia, adalah bahasa yang keluar dari hati

Andi Ahmad S
Selasa, 03 Juni 2025 | 13:39 WIB
Dedi Mulyadi Sentil Warga Bogor: Jangan Malu Ucapkan Dua Kata Krusial Ini
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi di Cibinong Bogor [Egi/Suarabogor]

SuaraBogor.id - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengingatkan masyarakat Sunda di Bogor untuk tidak malu mengucapkan bahasa Sunda, termasuk yang terkesan tabu dan berbau pornografi.

Dedi menyebut, dalam bahasa Sunda tidak ada bahasa halus dan kasar. Priangan Timur dan Barat memiliki struktur bahasa yang masing-masing memiliki sejarah.

"Untuk itu jangan lah malu ornag bogor, merasa rendah diri tidak bisa berbahasa yang halus berbahasalah yang kasar, karena kita makhluk kasar bukan makhluk halus," kata Dedi saat upacara Hari Jadi Bogor di Cibinong, Selasa 3 Juni 2025.

Ia menyebut, tingkatkan bahasa yang tertinggi adalah bahasa rasa. Bahasa rasa, kata dia, adalah bahasa yang keluar dari hati kita, tidak direka-reka.

Baca Juga:Bukan Sekadar Slogan, Bupati Bogor: Pancasila Harus Jadi Amalan

"Maka dia bahasa original maka pemimpin ngomong sekasar apapun, kalau lahir dari jiwanya maka rakyat akan mendengarnya dengan rasa," jelas dia.

"Kalau kata abah Anom, lamun nyarita make letah kadenge na ku ceuli, tapi lamun nyarita na ku hate katerima na ku rasa," lanjutnya.

Sehingga, kata dia, tidak ada bahasa yang tabu seperti kata Ewe yang dianggap kasar di Priangan Timur. Sementara di Priangan Barat Ewe adalah kata yang lumrah untuk menjelaskan seorang perempuan.

"Maka hari ini omongan saya biasa, baca enslikopedia, kalau di daerah priangan kalimat Ewe itu menjadi kalimat yang sangat kasar dan norak. Tapi ewe itu adalahnya artinya perempuan, itu bahasa Sunda. Silakan cek enslikopedia, kenapa ini menjadi sesuatu yg tabu? Karena malu diucapkan, kenapa malu diucapkan? Karena rendah diri," jelas dia.

"Untuk itu orang Bogor jangan rendah diri, karena orang Bogor adalah pusat peradaban sunda yang sebenarnya. Makanya kan kalau di peradaban Sunda kulon, ngawinkeun itu adalah ngewe itu bukan bahasa pornografi, itu bahasa," lanjutnya.

Baca Juga:Terulang! Gerbang Tol Ciawi 2 Kembali Jadi Lokasi Kecelakaan Truk Rem Blong

Termasuk, kata dia, kata Memek merupakan kata yang tidak berbau pornografi. Memek dan Vagina merupakan kata yang sama dalam menjelaskan alat kelamin perempuan.

"Ibu-ibu kalau ke dokter memeriksakan kesehatan dirinya ga mau bilang memek, kenapa ga mau? Karena malu mengucapkannya, tapi bilang vagina tidak malu. Apa bedanya memek dan vagina? Yang membedakan hanya bahasa," jelas dia.

Ia mengaku, dirinya tidak malu dalam berucap jika ucapannya tidak melanggar aturan, menimbulkan kerugian bagi negara, menimbulkan penderitaan masyarakat dan hal negatif lainnya.

"Saya ditakdirkan jadi pemimpin supaya tidak malu berucap itu karena tidak melanggar undang-undang, karena tidak menimbulkan kerugian negara, karena tidak menimbulkan kerusakan hutan, karena tidak menimbulkan penderitaan kepada rakyat dan bangsa ini hari ini sering terkagum-kagum dan terpesona sama orang yg keliatan lembut dan tutur kata indah, tapi mencelakakan rakyatnya," tutup dia.

Dedi Mulyadi

Dedi Mulyadi lahir 11 April 1971 adalah seorang aktivis dan politikus berkebangsaan Indonesia, yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat untuk periode 2025-2030.

Ia merupakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat daerah pemilihan Jawa Barat VII dan duduk di Komisi VI dari 2019 hingga 2023.
Sebelumnya, Dedi menjabat sebagai Bupati Purwakarta selama dua periode berturut-turut dari 2008 sampai 2018.

Kiprahnya menjadi bupati bermula setelah dirinya terpilih pada Pilkada 2008 dengan menjadikan Dudung Bachtiar Supardi sebagai wakilnya di pemerintahan.

Pada pemilu selanjutnya, ia kembali terpilih untuk masa jabatan kedua periode 2013–2018.

Sebelum diangkat menjadi bupati, Dedi terlebih dahulu berkarier sebagai wakil bupati dan legislator di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Purwakarta pada 1999 hingga pengunduran dirinya seusai terpilih menjadi Wakil Bupati Purwakarta.

Secara demokratis, Dedi diaklamasikan menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya Jawa Barat untuk masa bakti 2016–2020 menggantikan posisi Irianto Syafiuddin.

Pada saat Pilgub Jabar 2018, ia diusung oleh partainya, Golkar, untuk menjadi calon Wakil Gubernur Jawa Barat mendampingi wakil gubernur petahana yang juga kader Partai Demokrat, Deddy Mizwar.

Pada saat Pilgub Jabar 2024 Dedi yang sudah pindah partai ke Gerindra kembali dicalonkan menjadi calon gubernur yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju dimana dalam koalisi tersebut terdapat Partai Golkar, partainya terdahulu.

Dedi berpasangan dengan Erwan Setiawan. Di tahun 2025 pada tanggal 20 Februari, Dedi-Erwan resmi menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat.

Dedi Mulyadi lahir di Kampung Sukadaya, Desa Sukasari, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.

Dia merupakan putra bungsu dari sembilan bersaudara. Ayahnya, Sahlin Ahmad Suryana merupakan pensiunan Tentara Prajurit Kader sejak usia 28 tahun akibat sakit yang diderita sebagai dampak racun mata-mata kolonial.

Ibunya, Karsiti yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah adalah aktivis Palang Merah Indonesia. Dia sering membantu ibunya mengembala domba dan berladang.

Dedi Mulyadi menempuh masa SD hingga SMA di kota kelahirannya, Subang. Mulai dari SD Subakti (1984), SMP Kalijati (1987), dan SMA Negeri 1 Purwadadi (1990).

Selanjutnya pendidikan tingginya diselesaikan di Sekolah Tinggi Hukum Purnawarman Purwakarta dengan meraih gelar Sarjana Hukum (1999).

Selama berkuliah Dedi Mulyadi juga pernah menjadi aktivis dan menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Islam cabang Purwakarta.

Kontributor : Egi Abdul Mugni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini