Harga Beras Terbaru Juli 2025! Kabar Baik yang Jadi Dilema di Dapur Warga Bogor

Para pedagang di pasar tersebut menjadi saksi mata dari paradoks ini. Mereka berada di garis depan, menerima apresiasi atas harga yang lebih terjangkau

Andi Ahmad S
Sabtu, 19 Juli 2025 | 17:48 WIB
Harga Beras Terbaru Juli 2025! Kabar Baik yang Jadi Dilema di Dapur Warga Bogor
Ilustrasi Stok Beras [Antara]

SuaraBogor.id - Kabar baik datang dari Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor, namun membawa sebuah dilema yang kini dirasakan langsung di dapur-dapur warga.

Selama dua bulan terakhir, harga beras premium memang menunjukkan tren penurunan yang signifikan, memberikan sedikit napas lega setelah berbulan-bulan dihantam inflasi pangan.

Namun, di balik penurunan harga itu, ada biaya lain yang harus dibayar, yakni kualitas beras yang anjlok drastis.

Para pedagang di pasar tersebut menjadi saksi mata dari paradoks ini. Mereka berada di garis depan, menerima apresiasi atas harga yang lebih terjangkau, sekaligus menjadi sasaran keluhan atas kualitas nasi yang tak lagi sama.

Baca Juga:Mengubah 'Monster' Sampah 2.800 Ton Jadi Listrik, Babak Baru Perang Melawan Sampah di Bogor Dimulai

Harga Membaik, Nasi Tak Lagi Pulen

Riki, salah seorang pedagang di Pasar Cibinong, membenarkan fenomena ini. Ia menyebut harga beras premium yang tadinya sempat menyentuh Rp 16.000 per liter, kini bisa didapat di kisaran Rp 13.000 per liter.

Namun, kabar baik ini datang dengan catatan kaki yang penting.

"Kalau dari segi harga sudah mulai baik, dari dua bulan lalu, tapi kualitasnya menurun," ujar Riki saat ditemui di kiosnya.

Penurunan kualitas ini, menurutnya, terlihat jelas secara fisik. Butiran beras tidak lagi utuh dan warnanya cenderung lebih kusam.

Baca Juga:Bukan Mobil Mewah, Momen Pamitan Kapolres Bogor AKBP Rio Naik Kijang Patroli Curi Perhatian

Ia menduga ada beberapa faktor di balik masalah ini. "Mungkin karena faktor cuaca atau pasokan gabahnya kurang baik," tambahnya.

Banjir Keluhan dan Butiran Patah

Situasi ini bukan hanya pengamatan satu pedagang. Yanto, pedagang beras lainnya di pasar yang sama, menyuarakan hal senada. Kiosnya kini lebih sering menerima keluhan dari para pelanggan setia.

Masalah utamanya adalah jumlah butiran beras yang patah dalam setiap takaran.

"Kualitasnya agak menurun, patahannya banyak. Jadi banyak pelanggan yang komplain," kata Yanto.

Bagi konsumen, terutama ibu rumah tangga, butiran beras yang banyak patah bukanlah masalah sepele. Ini berdampak langsung pada hasil akhir nasi yang dimasak—cenderung lebih lembek, bahkan menjadi bubur, dan kehilangan tekstur pulen yang disukai.

Dilemanya, di satu sisi harga lebih ramah di kantong, namun di sisi lain kualitas hidangan utama keluarga menjadi taruhannya.

Beras Bulog Jadi Alternatif Aman?

Di tengah menurunnya kualitas beras premium di pasaran, beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Bulog justru menjadi alternatif yang kualitasnya dianggap lebih stabil.

Riki menyebutkan bahwa beras SPHP yang ia jual seharga Rp 57.000 per karung isi 5 kg memiliki kualitas yang baik dan tidak mengalami penurunan.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan yang lebih besar. Apakah penurunan harga beras yang terjadi saat ini merupakan hasil dari operasi pasar yang berhasil atau sekadar imbas dari masuknya gabah berkualitas rendah ke penggilingan?

Bagi warga Bogor dan sekitarnya, pilihan menjadi lebih rumit. Tetap membeli beras premium dengan harga lebih murah namun kualitasnya diragukan, atau beralih ke beras SPHP yang kualitasnya lebih terjamin?

Penurunan harga pangan yang tidak diiringi dengan penjagaan kualitas bisa jadi solusi semu yang hanya memindahkan masalah dari dompet ke piring makan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak