SuaraBogor.id - Kabupaten Bogor dihadapkan pada sebuah monster yang tumbuh setiap hari timbunan sampah seberat hampir 2.800 ton. Dari jumlah masif tersebut, baru sekitar 27% yang mampu ditangani. Sisanya menjadi bom waktu ekologis.
Merespons krisis ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor menyatakan kesiapan penuh untuk terjun ke dalam program ambisius nasional yakni Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL).
Dua "medan perang" utama telah disiapkan, yakni Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Galuga dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Nambo.
Langkah ini merupakan jawaban langsung atas arahan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian yang mendesak daerah untuk mengadopsi pengelolaan sampah berkelanjutan.
Baca Juga:Bukan Mobil Mewah, Momen Pamitan Kapolres Bogor AKBP Rio Naik Kijang Patroli Curi Perhatian
Bupati Bogor, Rudy Susmanto, menegaskan bahwa ini bukan lagi sekadar wacana.
“Kami siap dari sisi perencanaan, pengangkutan, hingga regulasi. Ini menjadi langkah besar bagi Kabupaten Bogor dalam menuntaskan persoalan sampah,” kata Rudy di Cibinong, Jumat (18/7) dilansir dari Antara.
Menjawab Panggilan Nasional
Langkah Pemkab Bogor ini tidak berdiri sendiri. Ini adalah bagian dari strategi nasional yang digariskan oleh Mendagri Tito Karnavian untuk mengatasi masalah sampah yang kronis di banyak daerah. Dalam rapat koordinasi terbatas, Tito memberikan arahan yang jelas.
“Daerah harus menyiapkan lahan minimal lima hektare, sistem pengangkutan, dan pembiayaan melalui APBD. Kalau produksi sampah di bawah 1.000 ton per hari, maka harus bekerja sama dengan daerah lain,” kata Tito di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Kamis (17/7).
Baca Juga:Terungkap! Ini Alasan 650 Ribu Warga Bogor 'Ogah' Bayar Pajak Kendaraan, Bukan Cuma Malas
Arahan ini menjadi landasan hukum dan operasional bagi Bogor. Dengan volume sampah jauh di atas 1.000 ton per hari, Kabupaten Bogor memiliki urgensi dan justifikasi yang kuat untuk membangun fasilitas PSEL-nya sendiri.
Dua Lokasi Strategis, Dua Potensi Berbeda
Pemkab Bogor tidak gegabah dalam memilih lokasi. Masing-masing tempat memiliki potensi dan tantangan tersendiri:
- TPA Galuga: Lokasi ini menjadi opsi utama karena rekam jejaknya sebagai TPA bersama dengan Pemerintah Kota Bogor. Infrastruktur dasar sudah ada, dan kini fokusnya adalah menata ulang kawasan tersebut agar kompatibel dengan teknologi PSEL. Sinergi antar-daerah menjadi kunci di sini.
- TPAS Nambo: Dianggap sebagai permata tersembunyi. Dengan lahan seluas 55 hektare (15 hektare milik Pemkab Bogor), Nambo menawarkan skala pengembangan yang jauh lebih masif. Potensi ini membuka pintu kerja sama yang lebih luas.
“Kami sedang menjajaki kerja sama dengan Pemprov Jawa Barat dan tidak menutup kemungkinan menggandeng Pemkot Depok,” ujar Rudy.
Tantangan berikutnya adalah logistik. Pemkab kini tengah memfinalisasi sistem pengangkutan dan kuota sampah harian yang akan diolah untuk memastikan pasokan "bahan baku" ke fasilitas PSEL berjalan lancar.
Proyek PSEL ini adalah pertaruhan besar. Jika berhasil, ini tidak hanya akan mengatasi masalah sampah, tetapi juga menghasilkan energi baru dan menjadi model bagi daerah lain. Namun, jika gagal, monster sampah akan terus tumbuh semakin besar.