- Pelaku dijerat pasal berlapis, termasuk pembunuhan berencana.
- Pelaku adalah remaja berusia 16 tahun yang memiliki hubungan darah dengan korban.
- Aksi pembunuhan dan pembakaran dilakukan dengan sadis dan terencana.
SuaraBogor.id - Kasus pembunuhan berencana yang dilakukan oleh seorang remaja 16 tahun terhadap nenek dan pamannya di kios pecel lele Gunung Putri, Kabupaten Bogor, kini memasuki babak penyidikan.
Setelah identitasnya terungkap dari kejanggalan di lokasi kejadian, pelaku kini dihadapkan pada pasal berlapis yang menjamin ancaman hukuman maksimal, meskipun ia berstatus anak di bawah umur.
Remaja yang kini ditetapkan sebagai Anak Berkonflik dengan Hukum (ABH) tersebut diduga kuat menjadi dalang di balik tewasnya korban S (53) dan TAR (28) pada Minggu (7/9).
Kapolsek Gunung Putri, Kompol Aulia Robby, mengonfirmasi peningkatan status hukum pelaku dan rincian pasal yang disangkakan.
Baca Juga:Detik-detik Terungkapnya Kasus Pembunuhan Nenek dan Paman oleh Cucu Sendiri di Kios Pecel Lele
"Sekarang sudah naik ke tahap penyidikan, status saksi dari cucu korban itu statusnya dari anak berhadapan dengan hukum menjadi anak berkonflik dengan hukum," ujar Robby.
Dalam kasus yang mengejutkan publik ini, polisi menerapkan pasal berlapis yang menunjukkan bahwa tindakan pelaku tidak hanya bersifat spontan, tetapi telah direncanakan dengan sadis. Pasal-pasal yang digunakan sangat berat dan memiliki konsekuensi pidana yang tinggi:
- Pasal 338 KUHP (Pembunuhan)
- Pasal 340 KUHP (Pembunuhan Berencana)
- Pasal 365 Ayat 3 KUHP (Pencurian dengan Kekerasan yang Mengakibatkan Kematian)
- Pasal 187 Ayat 3 KUHP (Menyebabkan Kebakaran yang Menimbulkan Kematian)
Dari rangkaian pasal tersebut, jerat Pasal 340 KUHP (Pembunuhan Berencana) menjadi fokus utama. Pasal ini membawa ancaman hukuman mati, penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling lama 20 tahun bagi pelaku dewasa.

Mengingat pelaku masih berusia 16 tahun, proses hukumnya diatur oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA). UU ini menjamin perlindungan khusus bagi anak pelaku kejahatan, namun tidak menghilangkan pidana yang setimpal.
Menurut UU SPPA, pidana penjara yang dijatuhkan kepada Anak Berkonflik dengan Hukum (ABH) yang melakukan tindak pidana serius (seperti pembunuhan berencana) tidak boleh melebihi setengah dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.
Baca Juga:Hilangnya Cucu di Lokasi Kebakaran Ungkap Skenario Keji: Nenek dan Paman Dipukul Lalu Dibakar
Meski demikian, mengingat Pasal 340 KUHP memiliki ancaman pidana maksimal 20 tahun, pelaku remaja ini masih terancam pidana penjara maksimal hingga 10 tahun.
Pidana ini merupakan ancaman hukuman tertinggi yang dapat dijatuhkan pada anak di Indonesia, dan menjadi konsekuensi langsung dari skenario sadis yang dilakukannya memukul korban hingga tak berdaya sebelum membakar kios menggunakan bensin dari motor.
Kasus ini menjadi peringatan keras bahwa usia yang masih muda tidak akan menghapuskan pertanggungjawaban pidana atas kejahatan berat yang terencana.