Sampai akhir November 2020, virus dengan mutasi D614G telah mendominasi dengan jumlah 90% virus di dunia.
Pergeseran dominasi virus dengan mutasi D614G ini terjadi awalnya di benua Eropa, kemudian diikuti di Amerika Utara, Oseania dan Asia. Hal ini mengindikasikan persebaran virus tidak terlepas dari mobilitas manusia yang sangat dinamis.
Sampai 16 Desember 2020, jumlah pasien terkonfimasi COVID-19 secara global mencapai lebih dari 73 juta, dengan jumlah kematian di atas 1,6 juta orang. Amerika Serikat (Amerika Utara), India (Asia) dan Brasil (Amerika Selatan) menjadi negara yang paling banyak kasus COVID-19. Indonesia menyumbangkan kasus positif lebih dari 630 ribu kasus per 16 Desember.
Menariknya, dalam riset kami, berdasarkan analisis asal virus, tiga virus dengan mutasi D614G dari Yogyakarta dan Jawa Tengah tersebut membentuk klaster tidak hanya dengan virus dari benua Asia, tapi juga dengan virus dari benua Eropa.
Baca Juga:Lembaga Eijkman: Varian Baru Virus Corona Tak Pengaruhi Kinerja Vaksin
Sedangkan virus satunya (L) membentuk klaster dengan virus dari benua Asia saja. Klaster di sini berarti virus mempunyai susunan kode genetik yang sama. Saat ini karena sudah menjadi pandemik, sulit untuk melacak asal muasal virus tersebut. Sehingga kurang relevan saat ini untuk mendiskusikan asal virus SARS-CoV-2.
Posisi mutasi D614G pada genom virus SARS-CoV-2
Sebuah riset in vitro (skala laboratorium) di Amerika Serikat dan Inggris menunjukkan virus dengan mutasi D614G mempunyai daya infeksi 10 kali lebih tinggi dibandingkan virus tanpa mutasi.
Penelitian lain pada skala laboratorium juga menunjukkan hal yang sama. Virus dengan mutasi D614G menjadi lebih menular dan lebih cepat berkembang biak pada sel saluran napas manusia. Penelitian yang sama pada hamster menunjukkan bahwa virus dengan mutasi D614G menyebar lebih cepat dan lebih bertahan hidup.
Menariknya,riset di Inggris menunjukkan bahwa virus dengan mutasi D614G cenderung menyebar lebih cepat dibandingkan dengan virus tanpa mutasi tersebut. Perbedaan kecepatan penyebaran virus dengan mutasi D614G antarmanusia sekitar 20% lebih tinggi dibandingkan dengan virus tanpa mutasi tersebut.
Baca Juga:Ruam Kulit Dewi Persik Saat Covid-19 Akibat Varian Baru Virus Corona?
Mutasi D614G berlokasi di protein S, di dalam saluran nafas manusia. Protein ini berikatan dengan reseptor Angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) atau enzim pengubah angiotensin untuk menginfeksi sel pernapasan manusia.
Mutasi D614G mengubah protein S menjadi lebih longgar strukturnya sehingga lebih mudah berikatan dan menyatu dengan sel pernapasan manusia.
Mutasi virus tak melulu negatif. Sisi positif adanya mutasi ini adalah vaksin lebih mudah masuk pada virus yang struktur proteinnya longgar tersebut sehingga virus menjadi lemah.
Pasien COVID-19 dengan virus yang disertai mutasi D614G mempunyai jumlah virus (viral load) lebih banyak dibandingkan dengan pasien COVID-19 dengan virus tanpa mutasi tersebut. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pasien dengan jumlah virus lebih banyak mempunyai gejala klinis lebih buruk dan meningkatkan risiko kematian.
Namun, penelitian terbaru lainnya di Inggris dan Amerika, negara bagian Washington dan satu riset lagi menunjukkan mutasi D614G tidak berhubungan dengan tingkat keparahan pasien COVID-19.
Jadi, pasien COVID-19 dengan mutasi D614G ini bisa ada yang tanpa gejala, mengalami gejala ringan, atau kritis.