SuaraBogor.id - Nur Saman, gelandangan berambut putih yang bertemu Menteri Sosial Tri Rismaharini akhirnya buka suara. Suara.com menemui lelaki 69 tahun itu.
Nur Saman bertemu Risma di kawasan Jenderal Sudirman. Ada dugaan pertemuan Nur Saman dengan Mensos Risma cuma settingan.
Pria tua gondrong itu pun buka suara. Nur Saman mengaku benar bertemu Risma. Tapi dia lupa-lupa ingat.
Belakangan Nur Saman dicurigai bukan gelandangan, melainkan simpatisan PDIP dan bekerja di sekitar Jalan Minangkabau, Manggarai, Jakarta Selatan.
Baca Juga:Settingan atau Bukan? Ini Sosok Gelandangan yang Ditemui Mensos Risma
Nur Saman sempat heran ketika ditanya Suara.com perihal pernah bertemu Wali Kota Surabaya itu atau tidak.
"Bu Risma yang mana ya?" ujar Saman di lokasi, Rabu (6/1/2021).
Saman adalah orang yang ditemui Risma saat blusukan ke Jalan Sudirman, Jakarta Pusat pada Senin (6/1/2021).
Suara.com mencoba mengingatkan membali Saman mengenai pertemuannya dengan Risma saat itu.
"Oh iya memang ada sih pas hari Senin ya. Ada yang ketemu saya banyak pengawal gitu," kata Saman.
Baca Juga:Fadli Zon Nyinyir ke Risma, Gus Mis: Tong Kosong Nyaring Bunyinya
Selanjutnya Suara.com coba memberikan foto pertemuan Saman dengan Risma yang tersebar di media sosial. Setelah itu baru ia menyadari kalau ia telah bertemu Menteri Sosial RI.
"Nah iya itu saya ya. Oh itu Ibu Risma? Menteri ya," tutur Saman.
Namun, Saman mengakui tak begitu mengingat pertemuannya dengan Risma. Ia hanya sekadar berbincang sebentar.
"Ya ketemu sebentar saja sih. Saya enggak terlalu ingat," tuturnya.
Saman juga tak menyinggung mengenai sempat diajak makan bersama dengan pihak Kemensos.
Ia mengakui memang sering mendapatkan bantuan dari banyak orang dalam beberapa kesempatan.
"Kalau yang kasih-kasih makan gitu suka ada ya," ucap Saman.
Pria itu mengakui sudah menggelandang sejak 20 tahun lalu. Ia kerap mencari sampah plastik dan kardus hingga ke kawasan Setiabudi, Sudirman, dan Thamrin.
"Saya emang kan suka nyari-nyari kardus, nyari botol aqua," kata Saman.
Saat ditemui, Nur Saman sedang meminum kopi sambil mengisap rokok di pinggir kali tepat di perpecahan jalan menuju Pasar Raya Manggarai.
Rambutnya gondrong dan berwarna putih seperti yang terlihat ketika ditemui Risma.
Ia meletakkan barang-barangnya seperti botol air mineral, terpal, dan peralatan lainnya di samping pipa kali itu.
Pria yang sudah tak lagi memiliki istri itu mengaku sedang menunggu temannya untuk pergi memulung menjelang malam.
Saman juga membantah kalau dirinya bekerja di toko poster Presiden RI pertama Soekarno dan termasuk orang PDIP.
Ia menyatakan selama ini suka tidur di sekitar Jalan Minangkabau dengan terpal dan kardus miliknya.
"Kalau tidur ya di sini, pos-pos sini, gelar plastik (terpal)," tuturnya.
Kesehariannya, selain memulung sampah plastik dan kardus bersama temannya, Saman bekerja serabutan membantu toko es kelapa.
Namun ia tak menjadi pemilik warung atau pramusaji, melainkan hanya membersihkan sampah kelapa yang dipotong.
"Kalau yang (es) kelapa nggak, paling bantuin sampahnya aja, masukin karung, terus rotannya ke samping," ucap Saman.
Tak hanya itu, ia juga suka membantu di bengkel tambal ban. Sebab, pegawai bengkel yang bernama soleh disebutnya suka bepergian mereparasi bangku.
"Entar saya dikasih upah sama dia, kadang-kadang makan, duit Rp 10.000 gitu. Kalau bisa dapat tiga motor, itu saya satu motor, Rp 15 ribu buat saya, yang Rp 30.000 buat si ibu (pemilik bengkel)," katanya.
Saman mengatakan, sejak kecil tinggal di kawasan Tanah Abang dan menggelandang bersama keluarganya. Ia memiliki mantan istri yang sekarang sakit-sakitan tinggal di Cibinong, Bogor.
"Kalau ada uang Rp 200.000 gitu, saya ke Cibinong beli obat. Sekarang dia (mantan istrinya) sakit parah, gak bisa jalan. Kalau sudah 2-3 hari saya balik lagi ke sini," kata dia memungkasi.