Lantaran itu, foto udara dibutuhkan untuk memetakan potensi bahaya longsor susulan yang bisa dipicu oleh curah hujan lebat dan berdurasi panjang.
Adanya retakan tanah di sekitar pemukiman warga akibat longsor yang terjadi meningkatkan potensi risiko longsor susulan jika tidak ada langkah-langkah antisipasi.
Informasi dari BPBD Kabupaten Bogor menyebutkan longsoran awal sudah terjadi pada 3 Agustus 2021 namun material longsor tidak sampai ke pemukiman warga. Sedangkan dukungan mobil komunikasi ‘Komob’ guna mendukung jaringan komunikasi radio dan internet untuk BPBD setempat.
Hal tersebut mempermudah koordinasi dan transfer data kepada Pusdalops ataupun pemangku kepentingan lain. Saat komob tiba di lokasi, personel BNPB sempat memberi pelatihan penggunaan fasilitas komob kepada petugas BPBD.
Baca Juga:Dua Rumah di Kabupaten Bogor Rusak Berat, Potensi Longsor Susulan Masih Ada
Kehadiran komob di lapangan membuat alur komunikasi antara petugas di lapangan dengan pusat kendali operasi menjadi lebih baik.
Laporan situasi di lapangan juga bisa dilakukan secara langsug dan alur pengiriman data pemetaan cepat juga bisa dilakukan dengan lebih baik.
Pusdatinkom BNPB mengupayakan kehadiran komob ini dalam setiap kejadian bencana untuk mengantisipasi kendala komunikasi yang bisa terjadi di lapangan di saat jaringan internet atau sinyal komunikasi umum terganggu.
Berdasarkan analisis peringatan dini gerakan tanah dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada September 2021, Kecamatan Rumpin termasuk wilayah dengan potensi menengah hingga tinggi, serta berpotensi banjir bandang.
Sejumlah kecamatan lain di kabupaten ini berada pada kategori menengah hingga tinggi untuk gerakan tanah. (Antara)
Baca Juga:Antisipasi Bencana Longsor, PUPR Banten Siapkan Alat Berat