Tertua se-Asia Tenggara, Kebun Raya Bogor Punya Fakta dan Sejarah Menarik

Kebun Raya Bogor memiliki sejarah yang cukup panjang, dari mulai tertua se-Asia Tenggara hingga masuk dalam daftar warisan dunia.

Andi Ahmad S
Selasa, 05 Oktober 2021 | 19:15 WIB
Tertua se-Asia Tenggara, Kebun Raya Bogor Punya Fakta dan Sejarah Menarik
Kebun Raya Bogor (dok https://kebunraya.id/)

SuaraBogor.id - Masyarakat Indonesia khusunya Bogor tentu tidak asing lagi mendengar wisata Kebun Raya Bogor. Ternyata ada sejumlah fakta dan sejarah menarik yang belum diketahui.

Kebun Raya Bogor memiliki sejarah yang cukup panjang, dari mulai tertua se-Asia Tenggara hingga masuk dalam daftar warisan dunia.

Berikut sederet fakta dan sejarah menarik mengenai Kebun Raya Bogor dilunik dari Ayojakarta -jaringan Suara.com.

Masuk Dalam Daftar Sementara Warisan Dunia

Sejak tahun 2018 silam, Kebun Raya Bogor masuk dalam daftar Sementara Warisan Dunia atau Tentative List Unesco World Heritage Site. Hal itu lantaran panjangnya sejarah Kebun Raya Bogor dan kekayaan keanekaragaman tumbuhan yang ada di sana.

Wisata Virtual di Kebun Raya Bogor. (Suara.com/ Adit Rianto)
Wisata Virtual di Kebun Raya Bogor. (Suara.com/ Adit Rianto)



Dalam laman itu juga tercatat, awalnya Kebun Raya Bogor hanya digunakan sebagai kebun percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan di Hindia Belanda.

Namun pada perkembangannya pendirian Kebun Raya Bogor nyatanya mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia, sekaligus sebagai wadah berhimpunnya ilmuwan bidang botani di Indonesia secara terorganisasi pada tahun 1880 – 1905.

Baca Juga:Diam-diam Awasi Destinasi Wisata yang Uji Coba Dibuka, Ini Temuan Kepala Dispar Sleman

Kebun Raya Tertua se-Asia Tenggara

Berdasarkan literasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kebun Raya Bogor masuk dalam kategori kebun raya tertua se-Asia Tenggara. Bahkan usia Kebun Raya Bogor ini sudah menginjak dua abad lebih tepatnya 204 tahun.

Menurut literasi LIPI itu, Kebun Raya Bogor yang memiliki luas 87 hektar itu muncul di era kepemimpinan Gubernur Jenderal Belanda, Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen pada 18 Mei 1817.

Laboratorium Treub di Kebun Raya Bogor yang ditujukan Untuk Para Ilmuwan Tamu (dokumentasi: Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen)
Laboratorium Treub di Kebun Raya Bogor yang ditujukan Untuk Para Ilmuwan Tamu (dokumentasi: Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen)



Kebun Raya Bogor Salah Satu Pelopor Pengembangan Botani Indonesia

Sejarah mencatat, berawal dari Kebun Raya Bogor lah kemudian lahir beberapa institusi ilmu pengetahuan, seperti Bibliotheca Bogoriensis pada tahun 1842, Herbarium Bogoriense di tahun 1844, Kebun Raya Cibodas di tahun 1860, Laboratorium Treub di tahun 1884, dan Museum dan Laboratorium Zoologi di tahun 1894.

Setelah kemerdekaan, tahun 1949 ‘s Lands Plantentiun te Buitenzorg berganti nama menjadi Jawatan Penyelidikan Alam, kemudian menjadi Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LLPA) yang untuk pertama kalinya dikelola dan dipimpin oleh bangsa Indonesia, Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo.

Pada waktu itu LPPA punya 6 anak lembaga, yaitu Bibliotheca Bogoriensis, Hortus Botanicus Bogoriensis, Herbarium Bogoriensis, Treub Laboratorium, Musium Zoologicum Bogoriensis dan Laboratorium Penyelidikan Laut.

Koleksi Kebun Raya Bogor



Di usianya yang sudah menginjak 204 tahun, Kebun Raya Bogor yang telah berusia 204 tahun memiliki koleksi tumbuhan sekitar 222 suku (famili), 1.257 Marga, 3.423 jumlah spesies dan 13.684 spesimen, Kebun Raya Bogor telah menjadi tujuan wisata bagi banyak wisatawan Indonesia dan dunia.

Kepala Kantor Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Sukma Surya Kusumah mengatakan saat ini, Kebun Raya menopang lima fungsi terdiri dari konservasi, penelitian, pendidikan lingkungan, wisata dan jasa lingkungan tetap dijalankan dan saling bersinergi satu dengan lain.

Sukma menambahkan Setelah LIPI bertransformasi menjadi BRIN, terjadi penataan organisasi di dalamnya termasuk Kebun Raya Bogor.

Kata dia, saat ini lebih fokus melakukan riset dan konservasi tumbuhan, pengelolaan infrastruktur di Kebun Raya dilakukan oleh Kedeputian Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN.

Sedangkan fungsi eduwisata dikerjasamakan dengan pihak swasta dengan harapan dapat lebih mengoptimalkan potensi yang ada.

Terkait penyelenggaraan Glow atau wisata malam di Kebun Raya Bogor, tim peneliti flora dan fauna BRIN sudah mulai melakukan kajian untuk meminialisir dampak penyelenggaraan kegiatan tersebut.

“Kami sudah menginventarisasi jenis flora apa saja yang ada di area Glow untuk kemudian dimonitor," katanya.

Sementara, Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB Hefni Effendi, menilai bahwa inovasi edukasi konservasi dalam program Glow dapat menjadi daya tarik kaum milenial untuk datang dan mengenal sejarah, budaya dan kekayaan koleksi Kebun Raya Bogor.

“Khusus untuk Kebun Raya Bogor sebaiknya tetap dilakukan kajian selama penyelenggaraan Glow, untuk mitigasinya sementara dapat dilakukan melalui studi referensi publikasi ilmiah atau jurnal-jurnal”, tutupnya

Baca Juga:8 Fakta Secret Number, Segera Comeback Bersama Dua Member Baru?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini