SuaraBogor.id - Pengadilan Agama (PA) Kabupaten Cianjur mencatat ada sebanyak ada sebanyak 1.843 perkara permohonan dan gugatan cerai selama priode Januari hingga Mei 2022.
Dari jumlah tersebut, sekitar 5 persen di antaranya merupakan kasus poliandri.
Humas PA Kabupaten Cianjur Mumu Mukmin Muktasidin menjelaskan berdasarkan data yang ada di dalam Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) tercatat sudah ada sebanyak 1.843 perkara, terdiri dari 1.563 gugatan cerai dan 280 permohonan.
"Perkara gugatan percerain yang mencapai 1.563 itu, disebabkan beberapa faktor, sekitar 90 persen karena ekonomi, dan 5 persen perselisihan dan 5 persen lainnya karena kasus poliandri," katanya pada SuaraBogor.id, Rabu (25/5/2022).
Baca Juga:Kini Bercerai, Rohimah Kenang Momen Awal Mula Kenalan dengan Suami Bule
Dari 5 persen gugatan perceraian karena poliandri tersebut, kata dia, rata-rata sang istri menikah kembali sebelum resmi cerai.
"Jadi rata-rata karena mereka sudah merasa sah secara agama, tetapi secara di pengadilan belum resmi, lalu setelah masa idahnya selesai, mereka nikah lagi, secara hukum kan itu bisa nyatakan poliandri," ucapnya.
Mumu memastikan, hingga saat ini tidak ada kasus yang serupa dengan seorang wanita asal Kecamatan Sukaluyu yang memiliki dua suami sekaligus.
"Sejauh ini kasus poliandri yang menonjol seperti beberapa waktu lalu, belum pernah ada baru kali ini saja," ucapnya.
Selain itu ia menambahkan, dari sebanyak 1.563 yang melakukan gugatan percerain, sekitar 80 persen dilakukan pasangan usia dari 20 hingga 40 tahun, sedangkan 20 persen lainnya merupakan usia 40 tahun ke atas.
Baca Juga:Penampakan Kecelakaan Mengerikan di Cianjur, Pengendara Motor Terjepit Dua Mobil Hingga Koma
"Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah, sehingga dengan faktor tersebut menimbulkan angka perceraian di Cianjur cukup tinggi," ucapnya.
Kontributor : Fauzi Noviandi