SuaraBogor.id - HIV dan AIDS masih menjadi tantangan serius dalam dunia kesehatan global. Meski hingga saat ini belum ditemukan obat yang mampu menyembuhkan penyakit ini secara total, pengobatan modern telah memungkinkan para pengidapnya untuk menjalani hidup lebih panjang dan sehat.
Pakar kesehatan menegaskan bahwa pengobatan Antiretroviral Therapy (ART) merupakan langkah paling efektif untuk mengontrol perkembangan virus HIV dalam tubuh. ART bekerja dengan cara menghambat replikasi virus, sehingga jumlah virus (viral load) dapat ditekan ke tingkat yang sangat rendah.
“ART bukan menyembuhkan, tapi mampu memperlambat kerusakan sistem imun. Dengan terapi ini, pasien bisa hidup seperti orang sehat pada umumnya, selama disiplin menjalani pengobatan,” ujar dr. Meutia yang merupakan dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan HIV/AIDS dilansir dari berbagai sumber.
Selain ART, pengobatan pendukung juga penting. Ini termasuk pengobatan terhadap infeksi oportunistik seperti tuberkulosis dan pneumonia, serta pemantauan kondisi kesehatan secara rutin. Kombinasi pengobatan ini dapat membantu pengidap HIV/AIDS mempertahankan kualitas hidup yang baik.
Baca Juga:Ingin Usaha Lancar Jaya? Amalkan Doa-doa Mustajab Ini
Pentingnya Tes Dini dan Pencegahan
Pemeriksaan HIV secara rutin sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang termasuk kelompok berisiko. Diagnosis dini memungkinkan terapi dimulai lebih cepat, sehingga risiko komplikasi bisa ditekan sedini mungkin.
“Semakin cepat HIV terdeteksi, semakin besar peluang hidup sehat yang bisa dijalani pasien,” katanya.
Bahaya Penularan dan Stigma Sosial
HIV ditularkan melalui berbagai cara, termasuk hubungan seksual tanpa pengaman, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, transfusi darah, serta dari ibu ke anak saat kehamilan, persalinan, atau menyusui.
Baca Juga:Pemkab Bogor Sudah Tahu Penyebaran HIV/AIDS di Puncak, Bukan Pesta Gay Biang Keladinya
Jika tidak diobati, virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh secara bertahap, hingga tubuh menjadi sangat rentan terhadap penyakit. Dalam kondisi ini, pengidap dapat terserang penyakit oportunistik seperti kanker, TBC, hingga infeksi berat yang mengancam nyawa.
Tidak kalah penting, para pengidap HIV/AIDS juga menghadapi tantangan sosial berupa stigma dan diskriminasi. Banyak dari mereka yang dikucilkan di lingkungan kerja, keluarga, bahkan layanan kesehatan.
Harapan Tetap Terbuka
Meski belum ada obat penyembuh total, perkembangan ilmu kedokteran memberikan harapan besar bagi para pengidap HIV/AIDS. Dengan pengobatan yang konsisten, dukungan lingkungan, dan edukasi yang tepat, HIV bukan lagi vonis kematian, tetapi penyakit kronis yang bisa dikelola.
Masyarakat diimbau untuk menghindari perilaku berisiko, rutin melakukan tes HIV, dan membuka diri terhadap edukasi agar bisa turut menciptakan lingkungan yang inklusif dan bebas diskriminasi terhadap para penyintas HIV/AIDS.
Pesta Seks di Puncak Bogor
Bupati Bogor, Rudy Susmanto sudah melakukan penanganan dan antisipasi penyebaran HIV dan AIDS di wilayah Kabupaten Bogor bagian Selatan atau Puncak Bogor sebelum adanya kasus penggerebegan pesta Gay di Megamendung.
"Kita mulai dari bulan lalu, tapi tidak dapat kita publikasikan apa organisasi tersebut kita sudah melakukan pressing ke beberapa wilayah di 40 Kecamatan sebaran nya sudah kita buat, ini bukan karena kejadian yang kemarin, tapi dari satu bulan yang lalu kita dengan beberapa kelompok masyarakat yang ada di Ciawi, maka pada saat kejadian kemarin kami sudah mengikuti dari awal," kata dia, Selasa 24 Juni 2025.
"Jadi pada saat masuk, langsung kami tindak lanjuti, kita lakukan pemeriksaan, lalu secara aspek hukum diberikan tindakan hukum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku," lanjutnya.
Ia mengaku, ada tim khusus yang terdiri dari beberapa organisasi kemasyarakatan untuk mencegah dan mengantisipasi kasus HIV dan AIDS di wilayah Selatan Kabupaten Bogor.
"Jadi ada tim khusus sebetulnya yang selama ini memantau pergerakan penyebaran tersebut, kelompok-kelompok nya kita bina jadi tidak bisa diputus langsung hilang , tapi pendekatan humanis dari Pemkab bogor," jelas dia.
Rudy Susmanto mengaku, pemerintah Kabupaten Bogor bahkan sudah membuat rumah merah putih yang salah satunya untuk melakukan pembinaan, antisipasi dan pencegahan soal penyakit HIV dan AIDS.
"Pemkab Bogor kemarin pada saat launching rumah merah putih, tidak mungkin kita publikasikan arahnya untuk kemana, maka hasil pendeteksian dini kita antisipasi dari awal, kita punya safe house kita beri nama rumah merah putih yang beberapa pekan lalu kita launching," jelas dia.
Tak hanya itu, pemerintah Kabupaten Bogor juga membuat balai kesejahteraan sosial untuk pembinaan masyarakat marginal termasuk pengidap HIV dan AIDS.
"Kita juga akan merevitalisasi balai kesejahteraan sosial, agar beberapa hal yang terjadi di Kabupaten bogor segera kita tindak lanjuti," kata dia.
"Jadi pengetatan bukan dari kejadian kemarin, kami sudah melihat indikasi itu sebetulnya pas dilantik empat bulan sekarang di bulan kedua kami langsung membuat langkah-langkah terkait tingkat penyebaran virus HIV/AIDS di Kabupten bogor," lanjutnya.
Gay Reaktif HIV di Puncak Bogor
Polisi mengamankan sebanyak 75 orang yang diduga melakukan pesta seks sesama jenis alias gay di sebuah villa kawasan Megamendung, Kabupaten Bogor.
Para peserta pesta itu merupakan warga yang ada di wilayah Jabodetabek. Dari 75 orang, 1 diantaranya merupakan seorang perempuan.
“Seluruhnya yang diamankan ada 75 orang, terdiri dari 74 laki-laki dan 1 perempuan,” kata Kasatreskrim Polres Bogor, AKP Teguh Kumara, Selasa 24 Juni 2025.
Acara itu dilapisi dengan tema Family Gathering untuk mengelabui pesta kaum gay itu. Pada acara tersebut, mereka menggelar acara lomba bernyanyi, hingga menari.
"Modus operandi yang dilakukan yaitu panitia menyebarkan undangan dengan tema "Family gathering”. Dalam acara itu diisi dengan penampilan pentas, pertunjukan lomba menyanyi, dan lomba menari," kata dia.
AKP Teguh menjelaskan, polisi berhasil mengamankan sejumlah barang bukti dari acara pesta gay itu. Barang bukti yang diamankan diantaranya seks toys, bra bergetar, dildo dan kondom yang belum terpakai.
“Kami juga mengamankan 4 bungkus kondom baru belum terpakai, 1 buah pedang untuk pertunjukan seni tari,” jelas dia.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menyatakan sebanyak 30 peserta pesta seks di Villa Megamendung mengalami reaktif Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Kepala Dinkes Kabupaten Bogor, Fusia Meidiawaty mengatakan, dari 75 orang yg diperiksa, ada yang reaktif HIV dan Sifilis.
"Hasil pemeriksaan pimpinan 30 orang reaktif dan 45 non reaktif,"ujarnya.
Berdasarkan data, kata Fusia, hanya sebagian kecil peserta pesta gay berasal dan bertempat tinggal di Kabupaten Bogor.
Puluhan orang yang reaktif HIV itu akan ditangani oleh Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Bogor.
Kemudian, Untuk yang reaktif HIV di luar wilayah Kabupaten Bogor akan dikoordinasikan ke Dinkes wilayah tersebut.
"Nanti kami akan koordinasi dengan Dinkes wilayah terkait, karena hanya sebagian saja warga Kabupaten Bogor,"ucapnya.