4 Fakta Meninggalnya Pejabat BPKAD Bogor Saat Trekking di Sentul, Sempat Mengeluh Sakit Dada

Mulai dari anak muda yang mencari konten healing hingga pejabat yang ingin menjaga kebugaran, semua tumpah ruah di jalur-jalur estetik ini setiap akhir pekan.

Andi Ahmad S
Senin, 01 Desember 2025 | 19:29 WIB
4 Fakta Meninggalnya Pejabat BPKAD Bogor Saat Trekking di Sentul, Sempat Mengeluh Sakit Dada
Ilustrasi 4 Fakta Meninggalnya Pejabat BPKAD Bogor Saat Trekking di Sentul, Sempat Mengeluh Sakit Dada. (unsplash/john hendrick)
Baca 10 detik
  • Seorang Kabid BPKAD Bogor meninggal saat mendaki Bukit Paniisan setelah berulang kali mengeluh sakit dada dan beristirahat.

  • Peristiwa ini menjadi pengingat penting agar selalu mendengarkan sinyal tubuh dan tidak memaksakan diri saat berolahraga ekstrem yang berat.

  • Korban sempat bernapas setelah pingsan, tetapi kondisinya memburuk dengan cepat sebelum tim evakuasi berhasil menolongnya.

SuaraBogor.id - Tren gaya hidup sehat dengan melakukan trekking atau pendakian ringan di kawasan Sentul dan Babakan Madang, Bogor, memang sedang digandrungi warga Jabodetabek.

Mulai dari anak muda yang mencari konten healing hingga pejabat yang ingin menjaga kebugaran, semua tumpah ruah di jalur-jalur estetik ini setiap akhir pekan.

Namun, hobi yang menyehatkan ini berubah menjadi kabar duka bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor.

Kepala Bidang Pemanfaatan dan Pengamanan pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Bogor, Rusli Permana (49), dilaporkan meninggal dunia saat sedang menjajal jalur menuju puncak Bukit Paniisan, Minggu (30/11/2025).

Baca Juga:Kabid BPKAD Bogor Mengeluh Sakit Dada Berulang Sebelum Akhirnya Ambruk di Bukit Paniisan

Peristiwa ini menjadi pengingat keras bagi kita semua untuk tidak mengabaikan sinyal tubuh saat berolahraga ekstrem. Berikut adalah 4 fakta kronologis terkait meninggalnya pejabat Pemkab Bogor tersebut:

1. Ambruk Saat Matahari Sedang Terik

Waktu berolahraga sangat mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Ade Hasrat, membeberkan bahwa insiden ini terjadi di waktu yang cukup rawan.

Insiden bermula sekitar pukul 11.40 WIB, waktu di mana matahari sedang terik-teriknya. Kondisi panas yang menyengat ditambah medan menanjak tentu memacu kerja jantung lebih keras.

Saat itu, Rusli bersama koleganya sedang melakukan aktivitas tracking menuju puncak, namun kondisi fisiknya mulai menurun drastis di tengah perjalanan.

Baca Juga:Pemkab Bogor Fokus Bangun Wilayah Cibinong Raya sebelum Bogor Barat dan Timur Mekar

2. Sinyal Bahaya: Nyeri Dada Berulang

Sebelum tidak sadarkan diri, tubuh korban sebenarnya sudah memberikan sinyal peringatan. Rusli dikabarkan tidak sanggup melanjutkan perjalanan dengan lancar dan harus berhenti berulang kali untuk mengatur napas.

"Menurut keterangan saksi korban sewaktu diperjalanan menuju puncak gunung pani'isan beberapa kali korban mengeluh sakit pada bagian dada dan ketika jalan korban selalu beristirahat," kata Ade Hasrat.

Gejala nyeri dada atau angina ini seringkali menjadi indikasi medis serius serangan jantung saat seseorang melakukan aktivitas fisik berat. Sayangnya, tak lama setelah mengeluh sakit yang terus menerus, Rusli akhirnya ambruk.

3. Sempat Bernapas Sebelum Nadi Hilang

Momen panik terjadi ketika rekan-rekan korban mencoba memberikan pertolongan pertama di jalur pendakian. Harapan sempat muncul karena sesaat setelah pingsan, korban masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak