Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Senin, 03 Februari 2025 | 17:18 WIB
Sejumlah Warga Serbu Pangkalan Gas LPG 3 Kilogram di Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor. [Egi/Suara.com]

SuaraBogor.id - Aturan pemerintah pusat soal larangan pedagang eceran untuk menjual Gas Subsidi 3 Kilogram membuat para pangkalan dan pembeli kewalahan.

Salah satu pemilik Pangkalan di Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Juni (47) menerima banyak antarean warga yang membeli gas Subsidi alias Gas LPG 3 Kilogram pasca penerapan sistem baru dari pemerintah pusat.

Juni, yang juga RT setempat, mengaku dirinya mengalami hal yang tak biasa dengan melihat ratusan orang mengantre di Pangkalan Gas LPG miliknya.

Hal itu disebabkan karena pengecer tidak diperbolehkan menjual Gas Subsidi kepada masyarakat per 1 Februari 2024 kemarin. Sehingga, warga menumpuk di pangkalan miliknya.

Baca Juga: Harlah ke-102 NU, Ketua DPRD Bogor Apresiasi Kontribusi Nyata untuk Bangsa

"Kadi hari ini yang datang 200, sekarang kan pengecer ga boleh jadi ya pembeli tuh pada kemari semua, di warung-warung gak ada jadi pada lari ke pangkalan," katanya, Senin (3/2/2025).

Ia mengaku, aturan baru itu membuat kewalahan karena tidak hanya pelarangan penjual eceran, tapi juga kewajiban pembeli membawa KTP.

"Itu maksimal dua (gas LPG ). Itu juga nunjukkin KTP," kata dia.

Juni menjelaskan, dengan stok yang terbatas itu, tidak sedikit warganya tidak mendapatkan gas subsidi tersebut. Sebab, kata dia, bukan hanya warga ber KTP Bojonggede yang membeli gas LPG 3 Kilogram di pangkalannya.

"Ada, kek misal pengontrak warganya bukan warga bojong tapi domisili disini. Ya tetap dikasih, cuma karena pasokannya segini kita ga bisa kasih semua," jelas dia.

Baca Juga: Buntut Ucapan Pj Bupati Bogor, Ribuan Kiai dan Santri Bakal Lakukan Aksi Demonstrasi

Para pemburu Gas LPG 3 Kilogram, kata dia, harus mencari ke pangkalan lain untuk membeli gas melon itu hari ini. Sebab, kata dia, pangkalannya akan menyetok kembali gas LPG Subsidi di Jumat mendatang.

"Jumat, tadi warga sini sudah kebagian karena kan tadi saya duluin dulu warga sini karena saya selaku Rt disini. Makanya kalo bukan warga saya tadi saya marahin dulu, saya gentak kalo gamau diatur belakangan," tutup dia.

Sementara, Seorang paruh baya asal Bojonggede, Yayat (54), harus menerima waktunya terbuang sia-sia karena mengantre gas LPG 3 Kilogram subsidi dengan warga lainnya.

Antrean yang Yayat lakukan ternyata tidak membuahkan hasil karena stok gas LPG di Pangkalan dekat rumahnya habis terjual oleh pengantre yang datang duluan.

Sehingga, ia harus mencari kembali ke pangkalan gas lainnya untuk menukar gas kosong yang ia tenteng dengan gas subsidi yang akan dia beli.

Yayat merasa kecewa karena stok yang ada di pangkalan miliknya RT Juni itu tidak memenuhi kebutuhan warganya yang mengantre di tengah kelangkaan Gas.

"Ya menurut saya mah persediaannya harus sesuaikan lah, jadi kan kasian yang ga dapat, kebutuhan soalnya ini," kata dia.

Ia mengaku, pangkalan mestinya memprioritaskan warga yang KTP nya dari Bojonggede. Sehingga, warga di luar KTP Bojonggede tidak didahulukan.

"Ini sesuai KTP, kalau KTP Bojonggede kan harus, kalau KTP Jakarta ga boleh harusnya," jelas dia.

Tak ingin dapurnya tidak bisa memasak, Yayat akhirnya mencari kembali pangkalan yang masih ada stok gas LPG 3 Kilogram

"Engga, makanya saya mau cari lagi ini dimana yang ada. Untuk harganya kurang tau saya, karena baru nyampe langsung habis tadi," tutup dia.

Kontributor : Egi Abdul Mugni

Load More