SuaraBogor.id - Aturan pemerintah pusat soal larangan pedagang eceran untuk menjual Gas Subsidi 3 Kilogram membuat para pangkalan dan pembeli kewalahan.
Salah satu pemilik Pangkalan di Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Juni (47) menerima banyak antarean warga yang membeli gas Subsidi alias Gas LPG 3 Kilogram pasca penerapan sistem baru dari pemerintah pusat.
Juni, yang juga RT setempat, mengaku dirinya mengalami hal yang tak biasa dengan melihat ratusan orang mengantre di Pangkalan Gas LPG miliknya.
Hal itu disebabkan karena pengecer tidak diperbolehkan menjual Gas Subsidi kepada masyarakat per 1 Februari 2024 kemarin. Sehingga, warga menumpuk di pangkalan miliknya.
"Kadi hari ini yang datang 200, sekarang kan pengecer ga boleh jadi ya pembeli tuh pada kemari semua, di warung-warung gak ada jadi pada lari ke pangkalan," katanya, Senin (3/2/2025).
Ia mengaku, aturan baru itu membuat kewalahan karena tidak hanya pelarangan penjual eceran, tapi juga kewajiban pembeli membawa KTP.
"Itu maksimal dua (gas LPG ). Itu juga nunjukkin KTP," kata dia.
Juni menjelaskan, dengan stok yang terbatas itu, tidak sedikit warganya tidak mendapatkan gas subsidi tersebut. Sebab, kata dia, bukan hanya warga ber KTP Bojonggede yang membeli gas LPG 3 Kilogram di pangkalannya.
"Ada, kek misal pengontrak warganya bukan warga bojong tapi domisili disini. Ya tetap dikasih, cuma karena pasokannya segini kita ga bisa kasih semua," jelas dia.
Baca Juga: Harlah ke-102 NU, Ketua DPRD Bogor Apresiasi Kontribusi Nyata untuk Bangsa
Para pemburu Gas LPG 3 Kilogram, kata dia, harus mencari ke pangkalan lain untuk membeli gas melon itu hari ini. Sebab, kata dia, pangkalannya akan menyetok kembali gas LPG Subsidi di Jumat mendatang.
"Jumat, tadi warga sini sudah kebagian karena kan tadi saya duluin dulu warga sini karena saya selaku Rt disini. Makanya kalo bukan warga saya tadi saya marahin dulu, saya gentak kalo gamau diatur belakangan," tutup dia.
Sementara, Seorang paruh baya asal Bojonggede, Yayat (54), harus menerima waktunya terbuang sia-sia karena mengantre gas LPG 3 Kilogram subsidi dengan warga lainnya.
Antrean yang Yayat lakukan ternyata tidak membuahkan hasil karena stok gas LPG di Pangkalan dekat rumahnya habis terjual oleh pengantre yang datang duluan.
Sehingga, ia harus mencari kembali ke pangkalan gas lainnya untuk menukar gas kosong yang ia tenteng dengan gas subsidi yang akan dia beli.
Yayat merasa kecewa karena stok yang ada di pangkalan miliknya RT Juni itu tidak memenuhi kebutuhan warganya yang mengantre di tengah kelangkaan Gas.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Kronologi Lengkap Ibu Tiri Habisi Anak di Bogor, Sandiwara Ayah Kandung Bikin Geram!
-
Pengamat Ungkap 'Jebakan Mental' di Balik Kasus Ibu Tiri Bunuh Anak di Bojonggede, Ini Risikonya
-
Update Kasus Kematian Bocah di Bogor: Ayah Tak Terlibat, Ibu Tiri Pelaku Tunggal Penganiayaan Brutal
-
Ibu Tiri Pembunuh Anak di Bojonggede Jadi Tersangka, Ayah Korban Diperiksa Polisi, Apa Perannya?
-
Menko PM Nobatkan Tirta Kahuripan dengan Mandaya Award 2025, Bukti Nyata Keberhasilan Program