SuaraBogor.id - Kabar baik datang dari Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor, namun membawa sebuah dilema yang kini dirasakan langsung di dapur-dapur warga.
Selama dua bulan terakhir, harga beras premium memang menunjukkan tren penurunan yang signifikan, memberikan sedikit napas lega setelah berbulan-bulan dihantam inflasi pangan.
Namun, di balik penurunan harga itu, ada biaya lain yang harus dibayar, yakni kualitas beras yang anjlok drastis.
Para pedagang di pasar tersebut menjadi saksi mata dari paradoks ini. Mereka berada di garis depan, menerima apresiasi atas harga yang lebih terjangkau, sekaligus menjadi sasaran keluhan atas kualitas nasi yang tak lagi sama.
Harga Membaik, Nasi Tak Lagi Pulen
Riki, salah seorang pedagang di Pasar Cibinong, membenarkan fenomena ini. Ia menyebut harga beras premium yang tadinya sempat menyentuh Rp 16.000 per liter, kini bisa didapat di kisaran Rp 13.000 per liter.
Namun, kabar baik ini datang dengan catatan kaki yang penting.
"Kalau dari segi harga sudah mulai baik, dari dua bulan lalu, tapi kualitasnya menurun," ujar Riki saat ditemui di kiosnya.
Penurunan kualitas ini, menurutnya, terlihat jelas secara fisik. Butiran beras tidak lagi utuh dan warnanya cenderung lebih kusam.
Baca Juga: Mengubah 'Monster' Sampah 2.800 Ton Jadi Listrik, Babak Baru Perang Melawan Sampah di Bogor Dimulai
Ia menduga ada beberapa faktor di balik masalah ini. "Mungkin karena faktor cuaca atau pasokan gabahnya kurang baik," tambahnya.
Banjir Keluhan dan Butiran Patah
Situasi ini bukan hanya pengamatan satu pedagang. Yanto, pedagang beras lainnya di pasar yang sama, menyuarakan hal senada. Kiosnya kini lebih sering menerima keluhan dari para pelanggan setia.
Masalah utamanya adalah jumlah butiran beras yang patah dalam setiap takaran.
"Kualitasnya agak menurun, patahannya banyak. Jadi banyak pelanggan yang komplain," kata Yanto.
Bagi konsumen, terutama ibu rumah tangga, butiran beras yang banyak patah bukanlah masalah sepele. Ini berdampak langsung pada hasil akhir nasi yang dimasak—cenderung lebih lembek, bahkan menjadi bubur, dan kehilangan tekstur pulen yang disukai.
Berita Terkait
-
Mengubah 'Monster' Sampah 2.800 Ton Jadi Listrik, Babak Baru Perang Melawan Sampah di Bogor Dimulai
-
Bukan Mobil Mewah, Momen Pamitan Kapolres Bogor AKBP Rio Naik Kijang Patroli Curi Perhatian
-
Terungkap! Ini Alasan 650 Ribu Warga Bogor 'Ogah' Bayar Pajak Kendaraan, Bukan Cuma Malas
-
Waspada! Ini 5 Cara Mudah Kenali Beras Oplosan yang Banjiri Bogor, Jangan Sampai Tertipu Label
-
Wajah Baru Tegar Beriman: Selamat Tinggal Ngeri Nyeberang, Pemkab Bogor Siapkan 3 JPO Modern
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
-
China Sindir Menkeu Purbaya Soal Emoh Bayar Utang Whoosh: Untung Tak Cuma Soal Angka!
Terkini
-
Ini 5 Poin Terkini yang Bikin Geleng-Geleng Kepala Kasus Ibu Tiri Bunuh Anak di Bojonggede
-
Ibu Tiri Pembunuh Bocah 6 Tahun di Bojonggede Berstatus Ibu Rumah Tangga
-
3 Hari Siksaan Maut! Misteri Kematian MAA Terkuak, Tabir Kekejaman Ibu Tiri Akhirnya Terbuka
-
Luka Parah di Sekujur Tubuh Ungkap Kekejian Penganiayaan Ibu Tiri di Bojonggede
-
Pengakuan Keji Ibu Tiri, Siksa Anak 3 Hari Sampai Mati di Griya Citayam Bojonggede