Andi Ahmad S
Senin, 15 September 2025 | 21:14 WIB
Kegiatan Belajar di SMKN 1 Cileungsi Bogor [Egi/Suarabogor]

SuaraBogor.id - Di saat musibah datang merenggut ruang belajar mereka, para siswa SMKN 1 Cileungsi justru menunjukkan pemandangan yang tak biasa.

Tidak ada libur panjang yang dipaksakan. Tidak ada keluh kesah yang berkepanjangan.

Sebaliknya, halaman sekolah kini disulap menjadi ruang kelas darurat, tempat semangat menimba ilmu menolak untuk padam.

Beberapa hari setelah insiden atap sekolah yang ambruk saat kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung, pihak sekolah mengambil keputusan cepat KBM harus tetap berjalan, meski harus dilakukan di luar kelas atau outdoor.

Sebuah keputusan yang lahir dari keterbatasan, namun ternyata disambut dengan antusiasme tak terduga oleh para siswa.

Pemandangan di halaman SMKN 1 Cileungsi pada Senin, 15 September 2025, terasa mengharukan sekaligus inspiratif.

Tiga tenda besar bantuan dari Kemendikdasmen berdiri kokoh, lengkap dengan papan tulis, meja, dan kursi.

Dua tenda di area lapangan utama memang tampak lengang, hanya terisi perlengkapan belajar. Namun di satu tenda lainnya, denyut pendidikan terasa begitu hidup.

Puluhan pelajar duduk rapi, menyimak dengan saksama penjelasan guru di depan.

Baca Juga: Detik-Detik Mencekam di Cikeas: Mobil Pelaku Tabrak Lari Dikejar Warga, Berakhir Amuk Massa

Penampakan Atap Bangunan SMKN 1 Cileungsi Yang Roboh [Egi/Suarabogor]

Di tengah keterbatasan, konsentrasi dan semangat mereka seolah tak terpengaruh. Mereka membuktikan bahwa ruang belajar terbaik bukanlah yang termegah, melainkan yang paling bisa memantik api pengetahuan.

Kepala SMKN 1 Cileungsi, Meisye Yeti, mengungkapkan bahwa adaptasi ini berjalan mulus karena para siswa ternyata sudah akrab dengan konsep belajar di luar kelas.

Menurutnya, ini bukan hal yang sepenuhnya baru bagi mereka.

"Sudah terbiasa anak-anak, malah anak-anak pada minta kan kita di depan ada stadion mini 'bu stadion mini aja yu' ada yang seperti itu," kata Meisye Yeti.

Ia menambahkan, para siswa justru melihat ini sebagai peluang untuk metode belajar yang lebih dinamis.

"Jadi anak-anak sudah terbiasa, apalagi pas pelajaran PKn ada misalkan bagaimana menyuarakan pendapat, 'bu di sini aja nih saya bisa yel yelnya di sini'," lanjutnya, menirukan celetukan para siswanya.

Lebih dari sekadar solusi darurat, pihak sekolah melihat kondisi ini sebagai kesempatan untuk menerapkan pembelajaran berbasis lingkungan secara nyata.

Meisye menjelaskan bahwa tujuan KBM di lingkungan sekitar adalah agar para siswa bisa mengidentifikasi masalah riil, menganalisisnya, dan tergerak untuk mencari solusi.

Insiden atap ambruk ini, secara tidak langsung, menjadi studi kasus nyata bagi mereka tentang pentingnya infrastruktur, mitigasi risiko, dan gotong royong.

"Sering seperti itu, kita pembelajarannya sih di lingkungan ya supaya anak-anak juga tau apa yang terjadi di lingkungan supaya bisa dijadikan pembelajaran dan solusinya seperti apa," tutup Meisye.

Kontributor : Egi Abdul Mugni

Load More