Andi Ahmad S
Jum'at, 21 November 2025 | 13:00 WIB
Ilustrasi kemiskinan di Kabupaten Bogor (Unsplash/Hermes Rivera)
Baca 10 detik
  • Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk miskin tertinggi se-Indonesia, mencapai 401,86 ribu jiwa menurut BPS. Hal ini menjadi sorotan Menteri PKP. 

  • Pemkab Bogor mengakui jumlah penduduk miskin tertinggi itu, namun mengklaim persentase kemiskinan (6,25%) lebih rendah dari Jabar dan nasional. 

  • Pemkab Bogor mengalokasikan Rp700 miliar di 2025 untuk penanggulangan kemiskinan, fokus pada perbaikan Rutilahu dan program pemberdayaan ekonomi.

SuaraBogor.id - Sebuah fakta ironis baru saja terkuak dari rapat dengar pendapat di Senayan. Kabupaten Bogor, wilayah penyangga ibu kota yang dikenal asri dan menjadi rumah bagi para elit politik, ternyata menyimpan luka sosial yang mendalam.

Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait, secara blak-blakan membuka tabir gelap bahwa Kabupaten Bogor menduduki peringkat pertama sebagai daerah dengan jumlah penduduk miskin tertinggi di Indonesia.

Pernyataan ini tentu menampar keras wajah birokrasi setempat, mengingat wilayah ini bukan daerah terpelosok. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di sana menembus angka 401,86 ribu jiwa. Angka ini menjadikan Kabupaten Bogor sebagai juara kemiskinan di antara 100 kota/kabupaten lainnya di berbagai provinsi.

Dalam rapat bersama Komisi V DPR RI, Menteri yang akrab disapa Ara ini tidak bisa menyembunyikan keheranannya. Ia menyoroti paradoks ketimpangan sosial yang terjadi. Bagaimana mungkin di wilayah tempat tinggal dua tokoh paling berpengaruh di republik ini, kemiskinan justru merajalela?

"100 kabupaten dengan jumlah penduduk miskin terbesar. Paling tinggi di Kabupaten Bogor," ungkap Menteri Ara tegas.

Ia kemudian menyentil fakta bahwa Presiden Prabowo Subianto yang tinggal di Hambalang dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas, sama-sama berdomisili di kabupaten tersebut.

"Bapak Prabowo tinggal di situ, Bapak SBY tinggal di Kabupaten Bogor. Jumlahnya segitu," papar dia.

Merespons data menohok dari pusat, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor tidak mengelak, namun memberikan konteks yang lebih luas. Kepala Bappedalitbang Kabupaten Bogor, Bambam Setia Aji, mengakui bahwa secara jumlah absolut, angka tersebut memang besar.

Namun, hal itu harus dilihat dari rasio total populasi Kabupaten Bogor yang sangat gemuk, yakni diprediksi mencapai lebih dari 6 juta jiwa pada 2025.

Baca Juga: Gus Ipul Ungkap Satu Faktor Kunci Keberhasilan Program Kesejahteraan

“Walaupun jumlah penduduk miskin 446.790 orang, itu berbanding dengan 6 juta Jiwa penduduk Kabupaten Bogor," kata Bambam membela diri.

Pemkab mengklaim, jika dilihat dari persentase, tren kemiskinan di wilayahnya justru menurun drastis dan lebih baik dari rata-rata nasional. Berikut data perbandingannya untuk tahun 2025:

  • Persentase Miskin Nasional: 9,63%
  • Persentase Miskin Jawa Barat: 7,46%
  • Persentase Miskin Kabupaten Bogor: 6,25%

"Rasio kemiskinan di Kabupaten Bogor ini justru lebih rendah dari rata-rata Provinsi Jawa Barat dan Nasional. Tren penurunan kemiskinan juga tercatat sejak 2021 dengan angka kemiskinan berada di 8,13 persen, kini turun ke 6,25 persen di 2025,” jelas Bambam.

Tidak ingin terus-menerus diberi label "miskin", Pemkab Bogor telah menyiapkan strategi "jumbo". Bambam menyebutkan bahwa sekitar 120 ribu orang telah berhasil diangkat derajat ekonominya dalam lima tahun terakhir.

Untuk tahun 2025, alokasi anggaran penanggulangan kemiskinan mencapai Rp700 miliar. Fokus utamanya adalah bedah rumah dan pemberdayaan ekonomi, antara lain:

1. Bedah Rumah (Rutilahu): Target perbaikan 3.406 unit rumah tidak layak huni.

Load More