-
Akurasi Data Adalah Kunci Ketidakvalidan data menyebabkan penyaluran bantuan sosial tidak tepat sasaran. Sinkronisasi data sangat penting agar masyarakat yang benar-benar membutuhkan dapat mengakses bantuan pemerintah secara adil dan merata.
-
Pengaruh Mentalitas dalam Kemiskinan Selain faktor ekonomi, mentalitas menjadi penyebab utama kemiskinan. Sebagian warga sulit berkembang karena ketergantungan bantuan, sementara yang lain mampu bertahan hidup berkat kemauan kuat untuk mandiri.
-
Masalah Keadilan Distribusi Bantuan Keadilan dalam pemberantasan kemiskinan terhambat oleh anomali data di lapangan. Verifikasi ketat diperlukan agar bantuan seperti PKH dan RTLH hanya diterima oleh warga yang memenuhi kriteria objektif.
SuaraBogor.id - Persoalan kemiskinan di perkotaan seringkali menjadi benang kusut yang sulit diurai. Bukan hanya soal kekurangan uang, namun ada lapisan masalah yang lebih kompleks melibatkan ketidakadilan data dan mentalitas masyarakat.
Hal ini menjadi sorotan tajam Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, yang membongkar realitas pahit di balik angka statistik kemiskinan di wilayah penyangga ibu kota tersebut.
Dalam sebuah diskusi bertajuk "Menelaah Kemiskinan Di Kota Bogor", Dedie menegaskan bahwa penanggulangan kemiskinan tidak akan sukses jika hanya mengandalkan kucuran dana tanpa perbaikan basis data yang valid.
"Bicara kemiskinan, persoalan utamanya adalah keadilan dan mentalitas. Selain itu, jika berbicara terkait permasalahan, yang paling penting dan utama adalah data," katanya, Senin (8/12/2025).
Bagi generasi muda yang aware dengan isu kebijakan publik, ketidaksinkronan data pemerintah adalah masalah klasik yang menyebalkan.
Dedie Rachim mengungkapkan fakta di lapangan bahwa satu warga miskin bisa memiliki status yang berbeda-beda di berbagai program bantuan.
Penerima Program Keluarga Harapan (PKH) datanya bisa berbeda dengan penerima BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI), penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT), hingga penerima bantuan rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Kekacauan data ini membuat profil penerima bantuan menjadi bias, di mana mereka yang terdata belum tentu masuk kategori miskin ekstrem yang sesungguhnya membutuhkan.
Fakta paling mencengangkan dan ironis yang diungkap Dedie adalah fenomena warga miskin yang menjadi korban "akal-akalan" orang kaya. Di Kota Bogor, terdapat sekitar 3.000 warga yang secara kondisi riil tempat tinggalnya sangat tidak layak huni. Namun, mereka tidak bisa mengakses bantuan pemerintah.
Baca Juga: Bentuk Raperda Penyelenggaraan Pasar, DPRD Kota Bogor Libatkan Masyarakat dalam Penyusunan Aturan
Penyebabnya sepele tapi fatal: nama mereka digunakan oleh majikan atau orang lain untuk kepemilikan kendaraan mewah. Tujuannya adalah untuk menghindari pajak progresif.
Akibatnya, secara administrasi negara, warga miskin tersebut tercatat memiliki mobil dan dianggap mampu.
"Dampaknya, saat dilakukan cek silang (crosscheck) menggunakan aplikasi Solid untuk menentukan penerima bantuan, mereka tidak dapat menerima bantuan karena terdeteksi memiliki kendaraan," ujarnya.
Selain masalah teknis data, Dedie juga menyoroti masalah mentalitas. Fenomena mendadak miskin saat ada pembagian bantuan masih marak terjadi.
Ia mencontohkan saat pandemi COVID-19 lalu, banyak data bantuan untuk pelaku UKM yang ternyata jatuh ke tangan warga dengan profesi yang sebenarnya tidak berhak.
Perilaku memanipulasi status ekonomi demi mendapatkan bantuan gratisan inilah yang disebut sebagai kemiskinan mentalitas. Padahal, data yang dirusak tersebut memiliki konsekuensi jangka panjang.
Berita Terkait
-
Bentuk Raperda Penyelenggaraan Pasar, DPRD Kota Bogor Libatkan Masyarakat dalam Penyusunan Aturan
-
Ayah Tiri di Bogor Tega Aniaya Anak hingga Kritis Cuma Karena Rewel
-
5 Fakta Mengapa Kabupaten Bogor Jadi Juara Daerah Termiskin se-Indonesia
-
Kabupaten Bogor Jadi Kantong Kemiskinan Terbesar Se-Indonesia, Padahal Rumah Prabowo dan SBY
-
Komisi II Bersama Bapenda dan Kejari Sisir Wajib Pajak Nunggak: Dorong Peningkatan PAD Kota Bogor
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 5 Sepatu Lari Rp300 Ribuan di Sports Station, Promo Akhir Tahun
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
Punya Mobil Tapi Masuk Data Miskin? Wali Kota Bogor Bongkar 'Permainan' STNK Majikan
-
Kontribusi Laba Perusahaan Anak Capai 19,9%, BRI Perkuat Fundamental Grup
-
Jalan Tegar Beriman Ditutup Total Minggu Pagi Ini, Simak Kantong Parkir dan Jalur Alternatif CFD
-
Niat Seru Main Perosotan Saat Hujan, Bocah 6 Tahun di Klapanunggal Tewas Tenggelam
-
4 Rekomendasi Ban Sepeda Gunung Terbaik untuk Jalan Aspal, Gowes Jadi Enteng dan 'Ngacir'