Cuaca Ekstrem Belum Berakhir, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim Minta Warga Paham Mitigasi Bencana

Kita harus waspadai kemungkinan terjadinya lagi angin puting beliung dan curah hujan tinggi, kata Dedie.

Galih Prasetyo
Rabu, 26 Januari 2022 | 13:13 WIB
Cuaca Ekstrem Belum Berakhir, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim Minta Warga Paham Mitigasi Bencana
Pohon tumbang di Jalan Ciung, Kelurahan Tanahsareal, Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor, Senin (24/1/2022) sore. [Antara/Linna Susanti]

SuaraBogor.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa cuaca ekstrem masih bisa terjadi hingga saat ini. Tak terkecuali di Kota Bogor. Untuk itu, Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim meminta masyarakat lebih waspada dengan kondisi tersebut.

Menurut Didie, cuaca ekstrem ini belum akan berhenti dalam satu dua hari ke depan. Warga Bogoro karenanya diminta Didie untuk bisa waspada dengan ancamanan bencana alam seperti angin puting beliung dan curah hujan yang tinggi.

“Kita harus waspadai kemungkinan terjadinya lagi angin puting beliung dan curah hujan tinggi,” kata Dedie, dikutip dari Bogordaily--Jaringan Suara.com, Rabu (25/1).

Didie juga meminta masyarakat untuk menghindari lokasi yang rawan terkena dampak akibat cuaca ekstrem. Seperti jalan yang memiliki banyak pohon besar.

Baca Juga:Suhu Udara Semakin Panas Beberapa Hari Terakhir Dampak Fenomena Belokan Angin

Menurut Didie, pihak pemerintah juga sudah menugaskan Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperumkim) untuk memantau pohon-pohon besar yang rawan tumbang.

“Saya juga sudah meminta kepada Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperumkim) khususnya untuk kembali mengontrol pohon–pohon yang saat ini dikategorikan memiliki resiko rawan patah atau tumbang. Dan pohon – pohon yang berumur tua,” paparnya.

Soal perilaku tidak membuang sampah sembarangan juga wajib dilakukan oleh warga, khususnya mereka yang tinggal di bantaran kali. Hal ini agar banjir tidak berkepanjangan.

Masih kata Dedie, masyarakat juga harus berpartisipasi dalam mengemban ilmu mitigasi bencana. Paling tidak, masyarakat bisa memahami dan lebih waspada ketika potensi atau resiko bencana ini muncul.

“Harus ada pengetahuan masyarakat soal itu. Misalnya bagi mereka yang tinggal dekat dengan pohon-pohon besar yang rawan tumbang atau patah. Atau masyarakat yang tinggal di bantaran, jangan membangun bangunan yang menambah beban TPT (Tembok Penahan Tanah). Mudah-mudahan masyarakat bisa lebih waspada menghadapi cuaca ekstrem ini,”

Baca Juga:BMKG: Lima Wilayah di Sultra Berpotensi Diguyur Hujan Lebat dan Angin Kencang

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak