Sementara, kelompok takfiri kedua adalah yang masuk dalam konstitusi negara atau terlibat langsung dalam berpolitik.
"Kelompok kedua itu yang kemudian masuk ke ranah konstitusi negara, itu ada yang berbasis partai, ada yang tidak berbasis partai. Kalau berbasis partai, kita mengenal akarnya di timur tengah, ada ikhwanul muslimin," ungkapnya.
Kelompok kedua ini, kata dia, mereka berusaha merubah sistem kenegaraan yang sudah ada.
"Mereka berusaha merubah, sistem yang ada, yang tadinya (dianggap) kafir menjadi tidak kafir, tapi lewat pendirian partai politik. Ikut bertarung (dalam politik)," paparnya.
Oleh karenanya, ia mengimbau kepada seluruh masyarakat agar benar-benar teliti dalam mendalami ilmu agama agar tidak terkondrin dengan ilmu yang tidak sesuai dengan kondisi kenegaraan.
Baca Juga:Heboh WhatsApp Down, Warga Bogor: Alhamdulillah Pulih Kembali, Padahal Baru Aja Mau Download Michat
"Pertama, tentu saya imbau masyarakat untuk cerdas memahami isu agama. Kedua, jangan berhenti mengaji dan menambah ilmu pengetahuan, perluasan terus wawasan. Ketiga, hindari pengajian eksklusif yang merasa paling benar sendiri, merasa paling berpegang pada sunnah, dan merasa semua orang di luar kelompoknya itu ahli bidah dan kafir. Karena ini akan merusak gerakan, pemikiran dan akidah," pungkasnya.
Kontributor: Egi Abdul Mugni