Penampakan Tebing 25 Meter di Jalan Raya Tajur Bogor Longsor Tutup Saluran Induk Cibalok

Peristiwa tebing longsor itu terjadi di Jalan Raya Tajur, Kelurahan Muarasari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor akibat hujan deras.

Andi Ahmad S
Senin, 06 November 2023 | 10:41 WIB
Penampakan Tebing 25 Meter di Jalan Raya Tajur Bogor Longsor Tutup Saluran Induk Cibalok
Kondisi Longsor di Jalan Raya Tajur, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/11/2023). (ANTARA/HO-BNPB)

SuaraBogor.id - Bencana alam saat ini tengah melanda wilayah Bogor, Jawa Barat. Kali ini terjadi di wilayah Kota Bogor menyebabkan tebing setinggi 25 meter longsor.

Peristiwa tebing longsor itu terjadi di Jalan Raya Tajur, Kelurahan Muarasari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor akibat hujan deras.

Bahkan, akibat peristiwa longsor itu menyebabkan saluran induk Cibalok tertutup.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya disiarkan di Jakarta, Senin, Longsor yang terjadi pada pada Sabtu (4/11) disebabkan oleh guyuran hujan dengan intensitas tinggi dan struktur tanah yang labil.

Baca Juga:Hadapi Persikabo 1973, RANS FC Target Perpanjang Trend Positif di Liga 1

"Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Bogor melaporkan, material longsoran menutup sebagian jalan sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas dan pohon yang terbawa material longsoran tersebut menimpa rumah milik salah satu warga yang dihuni 1 KK dengan tiga jiwa dan menutup sebagian saluran induk Cibalok dan dikhawatirkan meluap," ujar Abdul, dikutip dari Antara.

Abdul melaporkan tidak ada korban jiwa dalam bencana longsor itu, Tim TRC-PB BPBD Kota Bogor beserta Dinas terkait lainnya sudah melakukan asesmen kebencanaan di tempat kejadian.

Dikarenakan lokasi terdampak adalah jalan Nasional maka masih dilakukan koordinasi antara Dinas PUPR Provinsi Jawa Barat dengan Pemerintah Pusat.

"Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat pemerintah daerah dan masyarakat agar mewaspadai hujan di fase transisi dari musim kemarau ke musim hujan di beberapa kawasan, khususnya Jabodetabek. Musim transisi ini normalnya dari Bulan September-November, tetapi tahun agak tertunda karena pengaruh El nino," ujar Abdul.

Kondisi paling signifikan dalam satu minggu terakhir adalah hujan yang mengguyur hampir seluruh Pulau Jawa secara bervariasi setelah lebih dari 90 hari tanpa hujan, ujarnya.

Baca Juga:Jadi Calon Tunggal Panglima TNI, Jenderal Agus Subiyanto Dampingi Prabowo Resmikan RS Sadjiman Bogor

"Hal-hal yang perlu diwaspadai adalah kawasan perkotaan, periksa dan pastikan pemeliharaan drainase primer, sekunder dan tersier dilakukan untuk mengantisipasi potensi banjir/genangan baik akibat debit air kiriman maupun hujan ekstrim di tingkat lokal," katanya.

Kemudian kawasan perbukitan (Jawa bagian tengah ke selatan). Waspadai retakan-retakan akibat tanah kering saat kemarau yg jika diguyur hujan akan sangat rentan terjadi longsor, ujarnya.

Selanjutnya kawasan gunung api, jika terjadi hujan intensitas tinggi di daerah puncak, maka potensi terjadi banjir lahar dingin khususnya Semeru dan Merapi, tambahnya.

Terakhir bagi pengendara motor, selalu siapkan jas hujan, dan jangan berhenti di bawah jembatan ketika turun hujan karena disamping akan menimbulkan kemacetan, juga hal tersebut berbahaya bagi keselamatan, ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini