Strategi Pengolahan Sampah Solo Sukses, Bisa Ditiru Bogor

Pasalnya kata politisi Gerindra tersebut, dalam mengolah sampah menggunakan teknologi, Solo dinilai sukses menjadi kota bersih di Indonesia.

Andi Ahmad S
Selasa, 06 Februari 2024 | 22:09 WIB
Strategi Pengolahan Sampah Solo Sukses, Bisa Ditiru Bogor
Lokasi TPA Galuga di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. ANTARA/M Fikri Setiawan.

SuaraBogor.id - Polemik sampah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat menjadi sorotan banyak pihak. Apalagi, hingga saat ini masih ada warga membuang ke sungai.

Hal tersebut menjadi sorotan dari Ketua DPRD Kabupaten Bogor Rudy Susmanto. Dia meminta kepada Pemkab Bogor untuk mempelajari kesuksesan Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah.

Pasalnya kata politisi Gerindra tersebut, dalam mengolah sampah menggunakan teknologi, Solo dinilai sukses menjadi kota bersih di Indonesia.

Rudy, menginginkan Pemkab Bogor membuat konsep yang jelas dalam penanganan sampah, seperti Kota Solo yang mengubah sampah menjadi bahan baku pembangkit listrik.

Baca Juga:Festival Cap Go Meh di Kota Bogor Ditiadakan, Pengurus Vihara Dhanagun Jelaskan Alasannya

"Permasalahan sampah di Kabupaten Bogor menjadi salah satu persoalan yang kami harus tangani bersama. Kami bisa mencontoh daerah lain, seperti Kota Solo di bawah kepemimpinan Wali Kota Gibran Rakabuming Raka membangun PLTSa," kata Rudy.

Menurut dia, Pemkab Bogor perlu belajar bagaimana cara terbaik dalam pengelolaan sampah.

Ia menilai, program bank sampah dan kampung ramah lingkungan yang selama ini berjalan hanya sedikit meminimalisir persoalan. Tapi, bagaimanapun, sebagai daerah yang terus berkembang, pengelolaan sampah dalam skala kabupaten harus dirumuskan.

"Penduduk kita terus bertambah, demikian juga sektor bisnis dan jasa terus berkembang dan semua menambah produksi sampah setiap hari," kata dia pula.

Rudy mengingatkan, Kabupaten Bogor dengan 5,4 juta penduduk tentu saja tak lepas dari persoalan sampah. Apalagi, Kabupaten Bogor bertetangga dengan kota-kota besar dengan pertumbuhan bisnis dan jasa yang cukup tinggi.

Baca Juga:Kecelakaan Maut di Jalan Raya Cileungsi-Jonggol, Polisi Ungkap Penyebabnya

"Saya percaya Pemerintah Kabupaten Bogor mencintai daerah ini, dan ingin melakukan yang terbaik untuk daerah yang dicintainya. Karena itu, mari kita pikirkan bagaimana caranya, termasuk soal penanganan sampah yang hingga kini belum ada solusi yang jelas. Kita ingin juga Kabupaten Bogor meraih adipura karena berhasil mengelola sampahnya dengan baik," ujar Rudy.

Penjabat Bupati Bogor Asmawa Tosepu mengakui bahwa masalah sampah di Kabupaten Bogor harus ditangani dengan baik dengan keterbatasan armada yang ada. Asmawa pun terus mendorong Pemerintah Provinsi Jawa Barat segera mengoperasikan TPPAS Nambo.

Asmawa Tosepu menyadari bahwa tidak semua angkutan truk sampah milik Pemkab Bogor dalam kondisi laik jalan. Dia memastikan, secara bertahap sarana dan prasarana itu akan dibenahi serta diganti dengan yang baru.

"Di samping itu, kami koordinasi terus dengan Pemprov Jabar untuk percepatan pengoperasian TPPAS Nambo. Mudah-mudahan tahun ini dapat digunakan," kata Asmawa.

Saat ini, DLH mencatat 353 bank sampah dan 32 Eco Village dan 144 Kampung Ramah Lingkungan (KRL) tersebar di Kabupaten Bogor.

"Karena armada untuk pengangkutan sampah minim, maka kami perlu juga aksi nyata dari masyarakat untuk mengolah sampah sendiri," ujar dia lagi.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor Soebiantoro mengungkapkan, produksi sampah di Kabupaten Bogor mencapai 2.800-an ton per hari. Sementara daya angkut sampah DLH Kabupaten Bogor hanya sekitar 700 ton per hari.

Dengan kata lain, masih ada sekitar 2.150 ton sampah, baik dari rumah tangga, restoran, perkantoran maupun industri tidak terangkut oleh truk besar berwarna kuning milik Pemkab Bogor. Karena itu, tumpukan sampah kerap dijumpai di tepi-tepi jalan di Bumi Tegar Beriman.

Hal itu disebabkan, armada truk sampah milik DLH hanya sekitar 200 unit. Sementara, jumlah ideal armada truk pengangkut sampah di Kabupaten Bogor sekitar 600 unit, dengan asumsi satu unit truk melayani 10 ribu penduduk.

"Selama ini belum terangkut semua karena luas wilayah kami dan jumlah penduduk yang sangat besar. Yang tidak terangkut ini yang perlu penanganan lebih lanjut," kata Soebiantoro pula. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini