Horor Macet di Jalan Raya Ciampea-Leuwiliang Bogor, Ada Apa di Balik Kemacetan Panjang Ini?

Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 19.00 WIB ini membuat kendaraan dari arah Bogor menuju Leuwiliang maupun sebaliknya tersendat hingga beberapa kilometer.

Andi Ahmad S
Kamis, 26 Juni 2025 | 21:05 WIB
Horor Macet di Jalan Raya Ciampea-Leuwiliang Bogor, Ada Apa di Balik Kemacetan Panjang Ini?
Jalan Raya Ciampea-Leuwiliang Bogor Macet Parah, Kamis 26 Juni 2025 malam pukul 19.00 WIB [Dok Pribadi]

SuaraBogor.id - Arus lalu lintas di sepanjang Jalan Raya Dramaga, mulai dari wilayah Ciampea hingga Cibungbulang, Kabupaten Bogor, mengalami kemacetan parah pada Kamis malam (26/6), bertepatan dengan malam 1 Muharram 1447 H atau malam Jumat.

Kemacetan disebabkan oleh ribuan warga yang mengikuti pawai obor di Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea, dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 2025.

Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 19.00 WIB ini membuat kendaraan dari arah Bogor menuju Leuwiliang maupun sebaliknya tersendat hingga beberapa kilometer.

Pantauan Suarabogor.id, ribuan warga dari 38 RT se-Desa Cibadak memadati jalan utama. Mereka berjalan beriringan membawa obor, menampilkan seni budaya berupa dongdang bernuansa islami, serta mengenakan busana khas daerah yang mencerminkan semangat spiritual dan kebersamaan umat Islam.

Baca Juga:Drama Penggerebekan Prostitusi Online di Cibinong: Kekasih Tolak Pasangannya Diamankan

Peserta pawai terdiri dari pelajar, santri, anggota ormas Islam, tokoh masyarakat, hingga warga umum dari berbagai kalangan. Di sepanjang rute pawai, masyarakat turut menyemarakkan acara dengan lantunan shalawat dan doa bersama.

Meski sempat menimbulkan kepadatan lalu lintas, kegiatan berlangsung tertib dengan pengamanan dari aparat kepolisian, TNI, serta relawan desa.

Malam 1 Suro: Sakralitas Tahun Baru Jawa dalam Bayang Hijrah

Pawai Obor di Jalan Raya Ciampea-Leuwiliang Bogor Dalam Rangka menyambut Tahun Baru Islam [Andi/Suarabogor]
Pawai Obor di Jalan Raya Ciampea-Leuwiliang Bogor Dalam Rangka menyambut Tahun Baru Islam [Andi/Suarabogor]

Di tengah gegap gempita dunia yang biasa merayakan pergantian tahun dengan pesta dan kembang api, malam 1 Suro justru disambut dengan keheningan dan perenungan oleh masyarakat Jawa.

Malam 1 Suro, yang jatuh bersamaan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah, merupakan momen spiritual yang mengajak manusia menengok ke dalam diri dan menyelaraskan hubungan dengan alam semesta serta Sang Pencipta.

Baca Juga:Minum Susu pada 1 Muharram, Apa Makna Spiritualnya?

Tradisi ini berakar pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Kerajaan Mataram Islam abad ke-17.

Ia menciptakan Kalender Jawa-Islam dengan menyelaraskan kalender Saka warisan Hindu-Buddha dengan sistem penanggalan Hijriah. Maka lahirlah bulan Suro — pelafalan Jawa untuk Muharram — sebagai awal tahun dalam sistem kalender baru yang penuh nilai filosofis dan budaya.

Alih-alih meniru tradisi Islam dari Timur Tengah, masyarakat Jawa merayakan Suro dengan laku prihatin, tirakat, dan ritual budaya khas lokal. Ini adalah bukti sinkretisme budaya yang cerdas — menyatukan Islam dengan kearifan tradisional tanpa menghilangkan esensi keduanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini