5 Fakta di Balik Tragedi Longsor Maut TPAS Galuga Bogor

Bagi anak muda dan warga kota besar, isu sampah seringkali terasa jauh. Namun, tragedi Galuga adalah pengingat keras bahwa apa yang kita buang setiap hari bisa menjadi bom

Andi Ahmad S
Selasa, 12 Agustus 2025 | 13:42 WIB
5 Fakta di Balik Tragedi Longsor Maut TPAS Galuga Bogor
Lokasi longsornya sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Galuga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang telah merenggut nyawa seorang petugas operator alat berat bernama Agus Hari Mulyana (49). (Foto: Dok Polisi)

SuaraBogor.id - Longsornya gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Galuga, Bogor pada Senin (11/8/2025) bukan hanya sekadar bencana alam.

Insiden yang menewaskan seorang operator alat berat ini adalah puncak dari masalah menahun yang terus diabaikan.

Bagi anak muda dan warga kota besar, isu sampah seringkali terasa jauh. Namun, tragedi Galuga adalah pengingat keras bahwa apa yang kita buang setiap hari bisa menjadi bom waktu yang mematikan.

Ini bukan lagi soal bau tak sedap, tapi tentang nyawa dan keamanan lingkungan.

Baca Juga:TPAS Galuga Longsor: Operator Alat Berat Tewas Tertimbun, Darurat Sampah Bogor di Depan Mata

Berikut adalah 5 fakta kelam di balik longsor maut TPAS Galuga yang wajib kamu tahu.

1. Korban Tewas Bukan Pemulung, Melainkan ASN

Informasi awal yang simpang siur menyebut korban adalah seorang pemulung. Namun, fakta yang terungkap jauh lebih tragis.

Korban tewas adalah Agus Hari Mulyana (49), seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja untuk Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor.

Ia tewas saat sedang bertugas meratakan sampah menggunakan alat berat. Plt Kepala DLH Kabupaten Bogor, Teuku Mulya, mengonfirmasi hal ini.

Baca Juga:Kisah di Balik Penjemputan Bendera Pusaka dari Malasari, Ibu Kota Darurat Bogor

"Bukan pemulung, operator alat berat," tegasnya.

Agus tertimbun longsoran sampah bersama ekskavator yang dioperasikannya.

2. Pemicu Hujan Deras di Gunung Sampah yang Overload

Hujan deras yang mengguyur Bogor pada Minggu (10/8/2025) malam menjadi pemantik bencana. Namun, akar masalahnya adalah kondisi TPAS Galuga yang sudah sangat kelebihan kapasitas (overload).

Sekretaris DLH Kabupaten Bogor, Dede Armansyah, mengungkapkan bahwa tumpukan sampah sudah terlalu tinggi. Ketika diguyur hujan lebat, struktur sampah yang tidak stabil itu pun longsor.

TPAS Galuga menampung 800-900 ton sampah setiap hari, jumlah yang masif dan membuat "gunung" sampah semakin tidak terkendali.

3. Terjadi di Zona Milik Kota Bogor

Meskipun secara geografis TPAS Galuga berada di wilayah Kabupaten Bogor, lokasi longsor berada di zona 5, yang merupakan area penanganan sampah milik Pemerintah Kota Bogor. Hal ini dikonfirmasi oleh Teuku Mulya.

"Infonya longsor cuman itu di wilayah penanganan Kota Bogor. Penanganannya di Kota Bogor," katanya.

Insiden ini menyoroti kompleksnya pengelolaan sampah lintas wilayah, di mana koordinasi dan tanggung jawab bersama menjadi kunci untuk mencegah bencana.

4. Sistem Open Dumping Metode Usang yang Berbahaya

Tragedi ini kembali menelanjangi sistem pengelolaan sampah di Galuga yang masih menggunakan metode open dumping.

Artinya, sampah hanya diangkut dan ditumpuk begitu saja di lahan terbuka. Metode primitif ini sangat berbahaya karena:

Tidak Stabil: Tumpukan sampah tidak memiliki struktur yang kuat dan sangat rentan longsor, terutama saat musim hujan.

Mencemari Lingkungan: Menghasilkan gas metana (penyebab bau dan mudah terbakar) serta lindi (cairan beracun) yang meresap ke tanah dan sumber air.

Risiko Kesehatan: Menjadi sarang penyakit bagi warga dan pekerja di sekitar TPA.

5. Alarm Darurat dan Janji Penataan Ulang

Kejadian ini menjadi alarm paling keras bagi Pemkab dan Pemkot Bogor. Sebenarnya, wacana untuk menata ulang TPAS Galuga sudah ada.
Pemkab Bogor bahkan telah menganggarkan Rp 25 miliar untuk mengubah sistem menjadi sanitary landfill dengan metode terasering.

Metode sanitary landfill jauh lebih aman, di mana sampah dipadatkan dan ditutup dengan lapisan tanah setiap hari untuk mengurangi risiko longsor dan pencemaran.

Namun, tragedi maut ini menunjukkan bahwa rencana tersebut harus dieksekusi secepat kilat. Penundaan berarti memperpanjang risiko bencana serupa di masa depan.

Sebagai buntut dari kejadian ini, Pemkab Bogor untuk sementara waktu menampung sampah dari Kota Bogor untuk memberi ruang bagi proses evakuasi dan penanganan lokasi longsor.

"Kita back-up Kota Bogor ya untuk hari ini kita pendam dulu besok baru kita bisa looting sampah ke sana," tutup Teuku Mulya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak