Andi Ahmad S
Kamis, 25 September 2025 | 13:58 WIB
Ilustrasi Sejumlah siswa di Bogor, Jawa Barat diduga mengalami keracunan usai menyantap makanan dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG) pada Rabu (24/9/2025) [Istimewa]
Baca 10 detik
  • Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bogor menghadapi dugaan keracunan.

  • Investigasi awal belum pastikan keracunan, perlu tunggu hasil lab makanan dan riwayat kesehatan.

  • Tiga siswa telah pulang, satu siswa lain masih dirawat. Program MBG diperketat pengawasannya.

Penjelasan ini menekankan bahwa diagnosis keracunan makanan memerlukan dasar ilmiah dan observasi yang cermat, tidak bisa hanya berdasarkan gejala awal semata.

Untuk mendapatkan bukti yang tak terbantahkan, sampel makanan yang dikonsumsi siswa telah dibawa ke laboratorium milik Pemerintah Kabupaten Bogor.

Hasil uji laboratorium tersebut sangat dinantikan, karena akan menjadi penentu ada tidaknya kandungan berbahaya atau patogen dalam makanan yang disajikan. Proses ini krusial untuk memastikan objektivitas dan keakuratan investigasi.

Andri menyebut gejala yang dialami keempat siswa meliputi mual, muntah, dan pusing. Namun, temuan awal dari pemeriksaan sementara menunjukkan adanya kompleksitas dalam kasus ini.

Tiga dari empat siswa dilaporkan memiliki riwayat kondisi kesehatan lain yang mungkin berkontribusi terhadap gejala yang mereka alami, sementara satu siswa lainnya bahkan terindikasi mengalami tifus.

“Keputusannya, setelah investigasi belum bisa dipastikan itu keracunan. Kita menunggu hasil lab dan gejala-gejala yang muncul. Dari informasi orang tua, ada yang sebelumnya sudah sakit atau kelelahan perjalanan jauh,” ucapnya.

Pernyataan ini membuka kemungkinan bahwa gejala yang muncul mungkin tidak semata-mata disebabkan oleh makanan MBG, melainkan bisa juga diperparah atau dipicu oleh kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya atau faktor eksternal lainnya.

Menu MBG yang disajikan kepada siswa bervariasi setiap hari. Pada hari kejadian, Selasa (23/9), menu terdiri dari nasi, telur balado, dan capcay.

Sementara pada Rabu siang, menu MBG berupa nasi dengan lauk ikan berbumbu. Variasi menu ini menunjukkan adanya upaya untuk memberikan gizi seimbang, namun juga menuntut standar kebersihan dan pengolahan yang konsisten tinggi.

Baca Juga: Pemblokiran Lahan BLBI di Sukaharja Mencekam, Tanah Warga dan Pemda Bogor Ikut Terseret

Ahli gizi yang turut terlibat dalam pemeriksaan memberikan klarifikasi penting mengenai salah satu komponen menu.

Bahan capcay yang sempat dianggap mengandung lendir sebenarnya hanya kuah kental alami dari sayuran, bukan indikasi kontaminasi atau kerusakan.

“Mekanisme dapur sudah sesuai standar, sayuran direbus dulu baru kuah dibuat terpisah,” kata Andri.

Meskipun demikian, insiden ini tetap menjadi momentum penting untuk introspeksi dan peningkatan. Pihak Muspika, lanjut Andri, tidak lantas berpuas diri.

Mereka tetap mengingatkan dan memperketat pengawasan terhadap pengelola dapur MBG agar selalu menjaga higienitas, baik dari bahan baku, peralatan masak, maupun proses pengolahannya.

“Ini sebagai antisipasi agar kejadian serupa tidak terjadi lagi, mengingat makanan disiapkan untuk ribuan siswa,” ujarnya.

Load More