Jurus Jitu Pemkot Bogor Jaga Harga Sembako Tetap Aman dan Tersedia di Pelosok Wilayah

Dirinya mengaku beruntung tinggal di Kota Bogor yang menyediakan kebutuhan pokok hingga tersebar ke pelosok.

Andi Ahmad S
Senin, 28 Juli 2025 | 15:34 WIB
Jurus Jitu Pemkot Bogor Jaga Harga Sembako Tetap Aman dan Tersedia di Pelosok Wilayah
Harga Sembako Tetap Aman dan Tersedia di Pelosok Wilayah Kota Bogor [Diskominfo]

SuaraBogor.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor berupaya agar warganya mudah mendapatkan sembilan kebutuhan pokok (Sembako). Selain tersedia, harga Sembako juga terjangkau masyarakat atau murah.

Lantas apa ikhtiar Pemkot Bogor untuk membuat harga sembako murah dan tersedia di pelosok wilayah Kota Bogor?

Neneng M (49) begitu sumringah. Warga Cijahe, Kecamatan Bogor Barat ini tak begitu sulit mendapatkan Sembako dan harganya cukup terjangkau.

Dirinya mengaku beruntung tinggal di Kota Bogor yang menyediakan kebutuhan pokok hingga tersebar ke pelosok.

Baca Juga:Kampanye Antikorupsi, Inspektur Kota Bogor Sebut Tak Ada Dinas Tak Punya Resiko Korupsi

“Harga di pasar sama di kampung saya tidak begitu jauh, bahkan cenderung hampir sama. Contohnya harga telur berkisar Rp29.000/kg, merata baik di Pasar Jambu Dua maupun di warung dekat rumah," kata Neneng.

Hal senada juga diungkapkan, Badru (56). Warga Semplak Barat, Kecamatan Bogor Barat ini juga mengaku kebutuhan pokok cukup tersedia dan harganya stabil.

“Rakyat kecil seperti kami ini butuh harga yang terjangkau dan barangnya ada,’’ katanya.

Beruntung Pemkot Bogor sering melakukan gerakan pangan murah di setiap kecamatan. Sehingga warga selalu menyerbu stand-stand pasar murah tersebut.

Pemkot menegaskan keberhasilan menjaga stabilitas harga pangan. Hingga Juni 2025, inflasi year-on-year (yoy) Kota Bogor tercatat sebesar 2,16 persen, atau masih berada di dalam rentang target nasional 1,5–3,5 persen.

Baca Juga:Tumpukan Sampah Menggunung, Pemkab Bogor 'Nebeng' ke Lahan Pemkot di TPAS Galuga

Kepala Bagian Perekonomian Setda Kota Bogor, Dewi Kurniasari menjelaskan, angka inflasi tersebut menunjukkan situasi ekonomi daerah yang relatif sehat dan terkendali, meski berada di tengah dinamika harga pasca-Idul Adha.

“Inflasi itu ibarat tekanan darah. Tidak boleh terlalu rendah, tapi juga tidak boleh tinggi. Di angka 2,16 persen ini, kita bisa bilang kondisi cukup stabil,” ujar Dewi.

Ia menyebut, inflasi Kota Bogor tetap terjaga meski dalam periode rawan lonjakan harga, seperti Lebaran dan Iduladha. Salah satu penyebab utamanya adalah pasokan pangan yang relatif aman berkat panen raya di sejumlah daerah penghasil.

“Cabai, bawang, telur, dan ayam sempat naik, tapi tak berlangsung lama. Pasokan dari wilayah seperti Ciamis, Garut, Sukabumi, dan Cianjur cukup membantu menekan gejolak harga,” tambahnya.

Strategi nasional pengendalian inflasi melalui pendekatan 4K, yaitu ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif juga terus dijalankan.

Dewi menjelaskan, hingga pertengahan tahun ini, Pemkot Bogor sudah menggelar 25 kali Gerakan Pangan Murah (GPM) dan 18 kali Pasar Murah (PM) di berbagai kecamatan.

“Bahkan minyak goreng kita jual Rp14.500, padahal HET-nya Rp15.700. Ini mendorong stabilitas pasar,” ungkapnya.

Selain itu, sinergi dengan Bulog dan pelaku usaha pangan dari daerah sentra produksi terus diperkuat. Pemkot juga menyiapkan kompensasi inflasi jika ada kebijakan berisiko, seperti rencana kenaikan tarif air minum.

“Kami punya program BUMD Peduli Inflasi. Misalnya PDAM menyalurkan subsidi untuk bahan pokok, agar daya beli warga tetap aman,” tegas Dewi.

Langkah-langkah tersebut, menurutnya, akan terus diperkuat untuk menjaga agar inflasi tetap dalam kendali hingga akhir 2025.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini