-
Warga Mekarsari resah oleh angkringan yang musiknya keras hingga dini hari, mengganggu kenyamanan meski sudah ditegur.
-
Kericuhan dipicu keresahan warga mencapai puncaknya; Tokoh pemuda membantah keras adanya pemukulan anak anggota DPRD.
-
Angkringan melanggar ketertiban lingkungan karena musik keras, minuman keras, dan pakaian tak sopan; Warga hanya ingin ketenangan.
SuaraBogor.id - Kericuhan yang melibatkan warga dan anak anggota DPRD Kabupaten Bogor di sebuah angkringan di Desa Mekarsari, Kecamatan Cileungsi, semakin terkuak.
Kepala Dusun (Kadus) Mekarsari, Wiwiek Hidayat, menjelaskan bahwa keresahan warga sudah lama terjadi akibat keberadaan angkringan yang kerap memutar musik dengan volume tinggi hingga dini hari.
“Sudah beberapa kali warga melapor, bahkan ada yang sampai jam 4 pagi musiknya masih keras. Istrinya ada yang sakit habis operasi, jadi terganggu banget. Warga sudah menegur, tapi tidak digubris,” katanya kepada wartawan, Sabtu 25 Oktober 2025.
Menindaklanjuti laporan tersebut, Wiwiek mengaku sudah berkoordinasi dengan Bhabinkamtibmas agar ditindaklanjuti secara hukum.
Baca Juga:Kades Cikuda AS Resmi Ditahan, Praktik Tanda Tangan Berbayar Dokumen Tanah Berakhir di Jeruji Besi
Setelah sempat ada razia dari Polsek Cileungsi, aktivitas musik sempat berhenti. Namun, beberapa waktu kemudian, suara musik kembali terdengar keras hingga warga kembali resah.
Puncaknya terjadi saat warga selesai menghadiri acara Maulid di sekitar lokasi angkringan.
"Sekitar 30 orang warga datang spontan untuk menegur pemilik angkringan. Saya langsung datang dan menenangkan warga, meminta jangan ada tindakan anarkis. Kami hanya ingin menyampaikan keluhan,” jelasnya.
Sementara itu, Tokoh Pemuda Mekarsari, Agus Pitroh, yang turut hadir di lokasi kejadian, dengan tegas membantah adanya bentrokan apalagi pemukulan seperti yang dilaporkan.
Ia menjelaskan bahwa dirinya yang justru mengamankan salah satu pengunjung bernama Rangga (yang kemudian diketahui adalah anak anggota DPRD), karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Baca Juga:Momen Sunyi Sebelum Badai: Pemutusan Total Air dan Listrik Jadi Tanda Dimulai Era Baru Pasar Bogor
“Tidak ada kekerasan. Saya yang justru mengamankan salah satu pengunjung bernama Rangga, karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saya rangkul dan saya bawa ke pinggir jalan, semua aman,” tegas Agus Pitroh.
Ia menambahkan, keresahan warga bukan hanya karena keberadaan angkringan semata, melainkan karena aktivitasnya yang sering melewati batas waktu, bahkan ada laporan soal pengunjung yang membawa minuman keras dan berpakaian tidak sopan.
“Warga tidak masalah orang mencari nafkah, asal tertib. Tapi kalau sampai ganggu warga, apalagi malam-malam ada musik keras dan minuman keras, tentu warga merasa terganggu,” katanya.
Agus Pitroh juga menyebut bahwa setelah kejadian, ayah dari Rangga yang merupakan anggota DPRD datang ke lokasi.
“Saya jelaskan langsung ke beliau, mohon maaf Pak, tidak ada pemukulan. Saya sendiri yang mengamankan anaknya. Di situ juga ada Pak Kadus dan mamangnya Rangga, mereka lihat semua. Jadi laporan yang mengatakan ada kekerasan itu berlebihan,” tandasnya.
Para tokoh masyarakat berharap, kejadian ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk saling menghargai dan menjaga ketertiban lingkungan.