SuaraBogor.id - Bupati Bogor Rudy Susmanto dengan wajah sumringah menandatangani batu prasasti, menandai penetapan kawasan sumber mata air Ciburial menjadi cagar budaya.
Tentunya hal itu membuat awal baru bagi sumber mata air Ciburial yang merupakan saksi bisu masa pemerintahan Hindia Belanda.
Tindakan tersebut merupakan tindak lanjut dari terbitnya Surat Keputusan Nomor 400.6/113/Kpts/Per-UU/2025 tentang Penetapan Bangunan dan Instalasi Sumber Mata Air Ciburial sebagai Bangunan Cagar Budaya, yang diterbitkan pada April lalu.
Penandatanganan ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi merupakan langkah konkret untuk melestarikan nilai sejarah dan budaya mata air yang menjadi bagian penting dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) milik Perumda Air Minum Tirta Kahuripan.
Berlokasi di kaki Gunung Salak pada ketinggian 270–280 meter dengan luas 14.465 meter persegi, sumber mata air Ciburial menyimpan sejarah panjang sejak masa kolonial Belanda. Sejak tahun 1922, mata air ini telah dimanfaatkan untuk memasok air ke Istana Negara di Jakarta dan perkantoran pemerintahan Belanda di Bogor.
Pada tahun 1994, pengelolaannya resmi diserahkan kepada Perumda Air Minum Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor. Sejak saat itu, berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas air baku, termasuk pemeliharaan broncaptering, perbaikan sistem filtrasi, pembangunan sumur resapan, serta pembangunan kolam tampungan di bawah mata air, yang dikenal sebagai intake Bukit Asri.
Bupati Rudy Susmanto menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Bogor untuk menjaga kelestarian mata air Ciburial melalui penetapan status cagar budaya. Dengan status ini, kawasan Ciburial akan lebih terlindungi dari kerusakan lingkungan dan pembangunan yang tidak terkendali, sekaligus menjamin keberlangsungan sumber air bersih bagi masyarakat.
Menghadapi Tantangan Penurunan Debit
Seiring waktu, mata air Ciburial menghadapi tantangan serius berupa penurunan debit air secara signifikan sejak awal tahun 2000-an. Jika pada 2005 debit air tercatat sebesar 506 liter per detik, maka pada 2018 turun drastis menjadi sekitar 330 liter per detik—penurunan sebesar 176 liter dalam waktu 13 tahun.
Baca Juga: Disdukcapil Bogor Ditantang Berinovasi, Bupati Targetkan Pelayanan KTP di Seluruh Kecamatan
Tanpa intervensi serius, diperkirakan mata air ini bisa mengering dalam tiga dekade mendatang.
Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Perumda Air Minum Tirta Kahuripan, Ajat Rochmat Jatnika, turut memimpin berbagai upaya pemulihan debit air Ciburial. Salah satu langkah strategis adalah kerja sama dengan USAID IUWASH Tangguh pada 2020, melalui pembangunan 157 sumur resapan di wilayah Tamansari dan Ciomas.
Upaya ini membuahkan hasil: pada 2024, debit air Ciburial meningkat menjadi 430 liter per detik, membuktikan bahwa konservasi melalui sumur resapan efektif dalam menjaga keberlanjutan sumber air.
Saat ini, mata air Ciburial menyumbang sekitar 30% pasokan air baku bagi Perumda Tirta Kahuripan, dengan kapasitas produksi mencapai 53 juta meter kubik per tahun atau setara dengan 1.680 liter per detik. Air tersebut dialirkan untuk melayani kebutuhan masyarakat di sejumlah kecamatan, seperti Ciomas, Kemang, Babakanmadang, dan Cibinong. Selain itu, masyarakat sekitar juga memanfaatkannya melalui fasilitas keran umum dan MCK yang disediakan Perumda.
Mengatasi Ancaman Lingkungan dan Regulasi
Meskipun telah mengalami perbaikan debit, sumber mata air ini tetap menghadapi risiko penurunan debit di musim kemarau panjang. Permasalahan ini bahkan telah muncul sejak masa pengelolaan oleh PAM Jaya. Salah satu penyebab utama adalah perubahan kondisi lingkungan di wilayah resapan air, termasuk kegiatan penggalian pasir di masa lalu yang memotong jalur aliran air bawah tanah.
Berita Terkait
-
Disdukcapil Bogor Ditantang Berinovasi, Bupati Targetkan Pelayanan KTP di Seluruh Kecamatan
-
Bogor Raih WTP Setelah 4 Tahun, Sastra Winara: Motivasi Tingkatkan Layanan
-
Kerja Keras Berbuah Manis, Kejari Sebut Tata Kelola Keuangan Pemkab Bogor Terus Membaik
-
Transformasi Keuangan Bogor, Bupati Rudy Susmanto Kembalikan Predikat WTP
-
Bupati Bogor Usulkan Tiga Raperda Prioritas, Demi Kemajuan Daerah dan Pelayanan Terbaik
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Saung Batu Penganten Bogor! Destinasi Wisata Alam Cocok untuk Family Gathering, Wajib Dicoba Gen Z
-
Misteri Pembobolan Rumah Kosong di Bogor Raya, Jejak Pelaku Brankas Ratusan Juta Terendus
-
Mengejutkan! Menkeu Purbaya Ancam Bubarkan Satgas BLBI, Sebut Bikin Ribut, Hasil Nol
-
Bukan Hanya Bogor, 3.000 Desa Terjebak dalam Hutan, Mendes PDT Cari Solusi Darurat
-
Mimpi Besar Bilqis, Insinyur Sipil Lulusan Munchen yang Bertekad Ratakan Sekolah di Pelosok Negeri